Ilustrasi rupiah. Foto: MI/Tri.
Jakarta: Mata uang rupiah kembali melemah pada penutupan perdagangan hari ini. Laju rupiah melemah setelah investor masih waspada terhadap data-data terkini dari Amerika Serikat (AS).
Kurs Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) Bank Indonesia pada Senin turun ke level Rp15.712 per USD dari sebelumnya Rp15.672 per USD. Rupiah tertekan setelah indeks dolar AS berjangka naik 0,38 persen dengan berada pada level 103,6.
Analis Pasar Uang Ibrahim Assuaibi mengatasi pelemahan rupiah disebabkan oleh data inflasi AS yang kuat pada minggu lalu, yang membuat para pedagang waspada terhadap sentimen hawkish dari The Fed.
"Meskipun The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya tidak berubah, setiap sinyal mengenai rencana penurunan suku bunga pada 2024 akan diawasi dengan ketat," jelas dia.
Namun, lanjutnya, bank sentral juga mungkin akan mengambil tindakan yang lebih hawkish daripada yang diharapkan pasar. Hal ini karena data terbaru menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan pada Februari.
Surplus dagang menyempit
Di sisi lain, surplus neraca perdagangan Indonesia diperkirakan berpotensi terus menyempit sepanjang tahun ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2024 mencapai USD870 juta, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar USD2,02 miliar.
Lebih lanjut, surplus perdagangan pada Januari dan Februari 2024 yang hanya mencapai USD2,87 miliar secara kumulatif, lebih rendah dari periode yang sama pada 2023, berpotensi menurunkan neraca transaksi berjalan di kuartal pertama 2024.