Ilustrasi. Foto: Freepik.
Husen Miftahudin • 18 October 2025 16:23
Jakarta: Harga emas (XAU/USD) terus mempertahankan tren kenaikan di tengah meningkatnya spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga acuannya. Dalam perdagangan awal pekan ini, sentimen positif terhadap emas semakin menguat seiring pelemahan dolar AS dan meningkatnya permintaan global atas aset safe-haven di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.
Namun, analis memperingatkan arah pergerakan emas masih bergantung pada data inflasi dan tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang akan menentukan langkah kebijakan moneter The Fed selanjutnya.
Menurut analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha, tren teknikal emas masih menunjukkan kekuatan bullish yang dominan. Selama tekanan beli tetap terjaga, emas berpotensi naik menuju area USD4.750 per troy ons dalam jangka menengah.
"Namun, Andy juga menyoroti adanya potensi pembalikan arah (reversal) jika terjadi pelemahan mendadak pada sisi fundamental. Jika harga berbalik dan menembus level kunci di USD3.800, maka peluang koreksi lanjutan hingga ke area USD3.628 bisa terjadi pada minggu depan," ujar Andy dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu, 18 Oktober 2025.
Secara teknikal, pola grafik emas saat ini masih membentuk struktur higher high dan higher low, mengindikasikan tren naik yang kuat. Kombinasi sinyal candlestick dan indikator Moving Average memperlihatkan momentum bullish masih mendominasi.
Level USD4.700 menjadi area psikologis penting yang sedang dibidik pasar, sementara support kuat tetap berada di kisaran USD3.950–USD3.800. Selama harga bergerak di atas zona tersebut, kecenderungan jangka menengah masih positif.
(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
Ditopang prospek pemangkasan suku bunga Fed
Dari sisi fundamental, prospek pemangkasan suku bunga The Fed terus menjadi faktor utama yang menopang kenaikan harga emas. Spekulasi pasar kini semakin kuat bank sentral AS akan mulai melonggarkan kebijakan moneternya pada kuartal mendatang.
Potensi
rate cut menjadi katalis utama karena menurunkan biaya peluang (
opportunity cost) dalam memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil tetap. Meski demikian, The Fed tampaknya masih berhati-hati dalam mengambil keputusan, mempertimbangkan data ekonomi AS yang relatif solid.
"Jika inflasi tetap tinggi atau pasar tenaga kerja AS menunjukkan ketahanan, The Fed bisa saja menahan laju pemotongan
suku bunga. Kondisi itu akan menekan emas dalam jangka pendek,” jelas Andy.
Sementara itu, faktor geopolitik dan risiko global juga terus menjadi penopang utama bagi reli emas. Ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok, terutama terkait ekspor bahan langka (
rare earth), menambah ketidakpastian ekonomi global. Hal ini memperkuat daya tarik emas sebagai aset lindung nilai (
hedge asset).
Bank-bank besar dunia seperti HSBC bahkan telah menaikkan proyeksi harga rata-rata emas untuk periode 2025-2026, dengan alasan meningkatnya permintaan
safe-haven dan volatilitas global yang tinggi. Di sisi lain, pelemahan dolar AS memberikan dorongan tambahan terhadap harga emas, karena logam mulia ini menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Namun, kenaikan imbal hasil (
yield) obligasi AS atau lonjakan ekspektasi inflasi berpotensi menahan laju penguatan emas. Menurut laporan terbaru, Bank of America memperkirakan harga emas dapat mencapai USD 5.000 per troy ons pada tahun 2026, mencerminkan optimisme jangka panjang terhadap logam mulia ini.
Dengan latar belakang kombinasi fundamental dan teknikal tersebut,
outlook jangka pendek emas masih positif. Selama harga bertahan di atas USD3.800, bias tetap
bullish dengan target ke area USD4.750. Namun, pelaku pasar disarankan tetap berhati-hati terhadap potensi volatilitas tajam jika The Fed memberikan sinyal hawkish atau data inflasi AS keluar di atas perkiraan.
"Emas masih menjadi aset favorit di tengah dunia yang dipenuhi ketidakpastian. Namun disiplin manajemen risiko tetap penting, karena setiap perubahan kebijakan The Fed bisa menjadi pemicu perubahan arah harga dalam sekejap," tegas Andy.