Rupiah Berhasil Menguat ke Rp15.619/USD

Ilustrasi rupiah. Foto: MI.

Rupiah Berhasil Menguat ke Rp15.619/USD

Arif Wicaksono • 15 August 2024 09:32

Jakarta: Laju rupiah naik pada pembukaan perdagangan hari ini. Rupiah naik setelah data-data ekonomi AS menunjukan inflasi mulai melemah.

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi menguat 56 poin atau 0,36 persen menjadi Rp15.619 per USD dari sebelumnya sebesar Rp15.675 per USD.
 

baca juga: 

Makin Bertaji, Rupiah Kini di Posisi Rp15.600-an per USD


Indeks dolar, yang mengukur unit AS versus enam rival, terakhir berada di 102,6, tidak jauh dari level terendah delapan bulan di 102,15 yang disentuhnya minggu lalu. Indeks tersebut berada di jalur untuk minggu keempat berturut-turut di zona merah, pergerakan terakhirnya pada Maret-April 2023.
 
baca juga: Kalahkan Dolar AS Lagi, Rupiah Berada di Rp15.675/USD


Di AS, data pada Rabu menunjukkan indeks harga konsumen naik moderat, sesuai dengan ekspektasi, dan kenaikan inflasi tahunan melambat hingga di bawah tiga persen untuk pertama kalinya sejak awal 2021.

Angka-angka tersebut menambah kenaikan ringan pada harga produsen pada bulan Juli yang menunjukkan bahwa inflasi sedang dalam tren menurun, meskipun para pedagang sekarang mengantisipasi bahwa Fed tidak seagresif yang mereka harapkan dalam pemangkasan suku bunga.

Manajer Portofolio GuideStone Funds Josh Chastant mengatakan bahwa data CPI dan PPI AS menunjukkan pemangkasan sebesar 25 basis poin (bps) oleh Fed pada bulan September.

"Banyak hal akan bergantung pada nada notulen dan konferensi pers pascapertemuan, tetapi pasar mungkin sedikit kecewa jika kita hanya mendapatkan pemangkasan sebesar 25bps," kata dia dilansir Yahoo Finance, Kamis, 15 Agustus 2024.

Peluang pemangkasan suku bunga

Menurut alat CME FedWatch, pasar memperkirakan peluang pemangkasan sebesar 25 bps bulan depan adalah 64 persen dan peluang pemangkasan sebesar 50 bps adalah 36 persen.

Para pedagang terbagi rata di awal minggu antara dua opsi pemotongan setelah aksi jual minggu lalu.

Pasar mengantisipasi pemotongan 100 bps tahun ini dari Fed.

"Lampu hijau yang menyilaukan untuk pemotongan suku bunga tetap menyala dengan kuat, dan Fed mendapatkan bukti disinflasi yang dibutuhkannya untuk mendapatkan kepercayaan diri untuk menindaklanjutinya," kata Analis Pasar Valas di Ballinger Group Kyle Chapman.

Fokus investor sekarang akan tertuju pada data penjualan ritel AS yang akan dirilis pada Kamis.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)