Jokowi Dinilai Seperti Jubir Politik Kelompok Tertentu

Guru besar komunikasi politik, Suryadi Karim, dalam program Crosscheck Metrotvnews.com. Foto: Tangkapan layar

Jokowi Dinilai Seperti Jubir Politik Kelompok Tertentu

Fachri Audhia Hafiez • 18 June 2023 12:02

Jakarta: Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai seperti juru bicara (jubir) politik kelompok tertentu. Pasalnya, Kepala Negara kerap menyinggung soal karekteristik kepemimpinan yang ideal untuk Indonesia ke depan.

"Itu sebuah anomali ya Presiden seakan-akan menjadi juru bicara salah satu kekuatan, entah siapa," kata guru besar komunikasi politik, Suryadi Karim, dalam program Crosscheck Metrotvnews.com bertajuk 'Di Balik Polemik Meteran Bom Bensin (Kenapa Presiden Sibuk Komentari Capres?', Minggu, 18 Juni 2023.

Ibarat pelajar, kata Suryadi, seorang siswa tak bisa serta merta naik kelas. Harus ada evaluasi untuk bisa memastikan seorang siswa tersebut bisa naik kelas atau tidak.

"Jangan lupa bahwa anak SD naik kelas ke SMP kalau sudah menjalani evaluasi. Artinya apa? Artinya tidak serta merta naik," jelas Suryadi.

Ia menilai sejumlah pernyataan Kepala Negara itu lebih kental kepentingan politik,  tanpa mengedepankan evaluasi. Parahnya, ada segelintir orang yang seperti membenarkan seluruh sikap Jokowi.

"Pokoknya saya ikut dia kalah atau menang, suka atau tidak suka, hitam atau putih. Kelompok seperti ini yang sudah mengindentifikasi sebagai suatu kekuatan bagi mereka perubahan adalah tabu, karena mereka selalu ikut kemana pun kekuatan yang didukungnya," ujar Suryadi.

Sebelumnya, Jokowi kerap menyinggung soal pemimpin selanjutnya harus memiliki kesinambungan dengan kepemimpinan saat ini. Salah satunya, ketika Jokowi menganalogikan pemimpin seperti meteran pom bensin.

"Kalau meteran pom bensin itu, pak dimulai dari nol ya, tunjukkan ini. Apakah kita mau seperti itu? Enggak kan. Masa kayak meteran pom bensin," ujar Presiden Jokowi dalam memberikan sambutan acara Peluncuran Indonesia Emas 2045, di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis, 15 Juni 2023.

Tak hanya itu, Kepala Negara juga menganologikan kepemimpinan seperti tingkatan pendidikan. Apabila saat ini ia telah membangun Indonesia hingga tingkat sekolah menengah pertama (SMP), artinya pemimpin selanjutnya harus sampai tingkat sekolah menegah atas (SMA).

"Kepemimpinan berikutnya masuk SMA universitas, nanti kepemimpinan beirkutnya masuk ke S2, S3 mestinya seperti itu," jelas Presiden.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Arga Sumantri)