Ilustrasi. Foto Istimewa.
Media Indonesia • 15 January 2024 11:14
Jakarta: Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai program transisi energi yang dikerjakan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) berjalan di tempat. Program untuk beralih dari pemakaian energi fosil ke energi terbarukan belum mencapai target-target ditetapkan.
Ini terlihat dari capaian realisasi bauran energi baru terbarukan (EBT) yang masih jauh dari arang. Per Oktober 2023, bauran EBT di Tanah Air baru sebesar 12,8 persen, sementara target yang dipatok di 2025 sebesar 23 persen dan di 2030 diproyeksikan bauran EBT mencapai 44 persen.
"Program transisi energi Presiden Jokowi yang selalu dipamerkan dan dibanggakan, ternyata masih jalan di tempat," kata Fahmy dalam keterangan resmi, Senin, 15 Januari 2024.
Menurut dia, beberapa program transisi energi di Tanah Air mengalami kendala. Seperti pengembangan biodiesel yang belum dijalankan secara optimal, lalu program program EBT berbasis sawit yang dianggap berpotensi bertabrakan dengan program pangan untuk menghasilkan minyak goreng.
"Demikian juga dengan program gasifikasi yang mengolah batu bara menjadi gas, juga mengalami kegagalan setelah partner usaha dari Amerika Serikat hengkang dari Indonesia," jelas Fahmy.
Baca juga: Transisi ke Energi Rendah Karbon Jadi Suatu Keharusan