Rupiah Ditutup Naik ke Level Rp15.565/USD di Awal Pekan

Ilustrasi. Foto: MI/Susanto.

Rupiah Ditutup Naik ke Level Rp15.565/USD di Awal Pekan

Husen Miftahudin • 14 October 2024 17:37

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami kenaikan, meski sedikit.

Mengutip data Bloomberg, Senin, 14 Oktober 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.565 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 12 poin atau setara 0,08 persen dari posisi Rp15.577 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa besok akan mengalami penguatan kembali.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.510 per USD hingga Rp15.580 per USD," ujar Ibrahim, dikutip dari analisis hariannya.

Ia pun membeberkan penyebab menguatnya nilai tukar rupiah saat melawan dolar AS hari ini, diantaranya sentimen yang berasal dari eksternal maupun internal.


(Ilustrasi. Foto: Medcom/Eko Nordiansyah)
 

Menanti kebijakan moneter Fed


Ibrahim mengungkapkan para pedagang menunggu lebih banyak isyarat tentang suku bunga AS dari serangkaian pembicara Federal Reserve minggu ini untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk tentang suku bunga, sementara taruhan pada penurunan suku bunga pada November terus berlanjut.

"Fokus minggu ini adalah pada pidato beberapa pejabat Fed, dimulai dengan Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari dan Gubernur Christopher Waller pada Senin nanti. Fed secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga lebih kecil, 25 basis poin pada November, terutama setelah inflasi baru-baru ini dan pembacaan pasar tenaga kerja terbaca di atas ekspektasi," jelas Ibrahim.

Sentimen terhadap Tiongkok, lanjut dia, juga terpukul oleh isyarat beragam tentang stimulus fiskal. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengatakan dalam pengarahan akhir pekan pihaknya memang berencana untuk memberikan dukungan fiskal, termasuk lebih banyak penerbitan utang dan bantuan untuk pemerintah provinsi. 

Namun pengarahan tersebut tidak menyebutkan rincian utama tentang langkah-langkah yang direncanakan, khususnya ruang lingkup dan waktunya, yang memicu optimisme terbatas atas lebih banyak stimulus.

"Beijing pada akhir September mengumumkan serangkaian langkah stimulus moneter utama untuk membantu menopang pertumbuhan yang lamban. Meskipun awalnya semangat tinggi atas langkah-langkah baru tersebut, kurangnya rincian yang jelas tentang implementasinya meredam optimisme secara keseluruhan," papar Ibrahim.
 
Baca juga: Tergelincir di Awal Pekan, Rupiah Nyaris Balik Lagi ke Level Rp15.600/USD
 

Pertumbuhan ekonomi RI stabil di atas 5%


Ibrahim mengungkapkan, Bank Dunia dan sederet lembaga internasional lainnya kompak meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 dan 2025 akan cenderung stabil di atas lima persen.

Dalam dua kuartal terakhir, Badan Pusat Statistik (BPS) merekam ekonomi Tanah Air berhasil tumbuh di atas lima persen meski terdapat indikasi perlambatan di mana pada kuartal I-2024 tumbuh sebesar 5,11 persen year on year (yoy), dan pada kuartal II-2024 tumbuh sebesar 5,05 persen. 

"Proyeksi paling terbaru keluar dari laporan Bank Dunia berjudul East Asia and Pacific Economic Update edisi Oktober 2024. Lembaga tersebut mengerek naik proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2024 dan 2025, yang masing-masing menjadi sebesar 5,0 persen dan 5,1 persen," papar Ibrahim.   

Selain itu, Bank Indonesia (BI) melaporkan Utang Luar Negeri Indonesia per Agustus 2024 mencapai USD425,1 miliar, tumbuh 7,3 persen secara tahunan (yoy). Posisi ULN Agustus 2024 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk rupiah.

Posisi ULN pemerintah pada Agustus 2024 sebesar USD200,4 miliar atau tumbuh sebesar 4,6 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan pada Juli 2024 sebesar 0,6 persen (yoy). Perkembangan ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik, seiring dengan semakin terjaganya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia.

Sementara itu, swasta memiliki utang sebesar USD197,8 miliar atau tumbuh sebesar 1,3 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Juli 2024 sebesar 0,5 persen (yoy). Perkembangan ULN tersebut terutama didorong oleh ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang mencatatkan pertumbuhan 1,6 persen (yoy).

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)