Ilustrasi. Medcom.id
Siti Yona Hukmana • 30 September 2024 08:33
Jakarta: Direktur Tindak Pidana Perempuan dan Anak (PPA) dan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PPO) Bareskrim Polri Brigjen Desy Andriani mengaku akan mengumpulkan semua penyidik setelah efektif memimpin direktorat baru itu. Pengumpulan penyidik disebut untuk memberikan panduan cara bertindak dalam menangani kasus PPA-PPO.
"Semua penyedik itu akan ibu kumpulkan setelah ibu efektif di PPA. Selalu memberikan guidance-guidance (panduan). Karena ibu juga seorang dari psikolog, seorang guru, pendidik, ibu, dan membuat kebijakan," kata Desy kepada Metrotvnews.com Senin, 30 September 2024.
Desy mengatakan pengumpulan para penyidik dilakukan saat Direktorat PPA-PPO dikukuhkan. Selaku pimpinan direktorat baru itu, polwan berpangkat jenderal bintang satu ini mengaku akan melakukan konsolidasi internal dan penguatan-penguatan.
"Karena ini kan nanti sampai tingkat polda direktorat ini terbentuk. Belum loh ya, belum terbentuk akan dibentuk direktoratnya sampai polda. Sehingga tentunya akan lebih kuat lagi sampai ke tingkat polres ya," ujar mantan Penerjemah Utama Divisi Hubungan Internasional (Divhubinter) Polri itu.
Desy berharap semakin besar institusi fungsinya akan semakin dirasakan masyarakat. Di samping itu, selain mengumpulkan para penyidik, Desy juga mengaku akan berbicara dengan seluruh komunitas perempuan.
"Sehingga kerja kita tuh siapa berbuat apanya nampak gitu ya, terukur gitu loh. Dan fungsi-fungsi selama ini kita lakukan normatif, supervisi, monitoring ada apa dengan itu semua gitu di Kementerian PPA gitu kan ya. Jadi sama-sama kita bekerja," ungkapnya.
Desy memastikan dirinya akan selalu memberikan pencerahan kepada siapa pun. Terkhusus untuk kasus perempuan dan anak, dia menekankan untuk semua pihak termasuk media massa bisa menata narasi dan memberikan literasi yang baik.
Lebih lanjut, Desy juga mengaku pernah mengajar etika di bidang pelayanan saat dinas di Sumber Daya Manusia (SDM) Polri selama 2,5 tahun. Terpenting, kata Desy, semua pihak harus bisa melihat akar penyebab masalah dari semua kasus yang menimpa perempuan dan anak. Dia menganggap kasus itu sebagai fenomena gunung es.
"Jangan kita bermain pada tataran yang muncul di puncak saja. Habis anak," ujar mantan Psikolog Kepolisian Utama Tingkat II SSDM Polri itu.
Desy melanjutkan bahwa dia juga pernah memberikan supervisi kepada para petugas Polri di luar negeri. Kala itu, ada korban dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri. Desy ingin permasalahan seperti ini dilihat secara komprehensif dan holistik untuk memikirkan cara mereduksi permasalahan tersebut.
"Bagaimana kita bisa menjadi solusi terhadap permasalahan itu. Kalau semua kita bekerja, bekerja saja kita semua dengan intuisi. Kita masih saja banyak persoalan-persoalan bangsa itu di luar. Apalagi kita bekerja reaktif, tidak preventif," ungkapnya.
Sebelumnya, Desy merespons kasus pelecehan seksual terhadap siswi oleh guru di Gorontalo. Dia mengaku hanya akan memberikan asistensi kepada Polres Gorontalo dalam penanganan kasus yang viral di media sosial tersebut.
"Masalah tarik ke pusat bagaimana, ini kan direktorat masih baru ya, kita pasti akan melakukan asistensi apabila ada kendala," kata Desy kepada
Metrotvnews.com, Minggu, 29 September 2024.
Desy meminta masyarakat mempercayakan penanganan kasus ini ke Polres Gorontalo. Dia juga memastikan akan terus memonitor proses hukum atas kejahatan terhadap perempuan dan anak itu.
"Jadi sampaikan bahwa ini dalam proses penyidikan. Polres Gorontalo kita monitor, semoga akan memberikan rasa keadilan seadil-adilnya," pungkas mantan Analis Kebijakan Madya Rorenmin Lemdiklat Polri itu.