Pengamat: Pemerintah Gagal Jaga Stabilitas Harga Pangan

Ilustrasi. Foto: MI/Anindya Zaskia P.

Pengamat: Pemerintah Gagal Jaga Stabilitas Harga Pangan

Media Indonesia • 19 February 2024 15:44

Jakarta: Direktur eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak becus menjaga stabilitas harga pangan.

Mengutip data panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga beras premium tembus Rp16.090 per kilogram (kg) pada hari ini, naik 0,44 persen dibandingkan kemarin. Harga beras premium juga melonjak 0,64 persen menjadi Rp14.080 per kg.

Sementara itu, harga bawang merah di pasaran menjadi Rp33.570 per kg pada hari ini, naik 0,30 persen dibandingkan kemarin. Harga bawang putih juga meroket 0,42 persen menjadi Rp38.700 per kg. Sedangkan harga cabai merah keriting naik 3,07 persen menjadi Rp62.440 per kg.

"Pemerintah gagal menjaga stabilitas harga pangan," kata Esther saat dihubungi Media Indonesia, Senin, 19 Februari 2024.

Pemerintah dianggap tidak mampu memprediksi kebutuhan permintaan beras pada saat pemilu dan menuding harga beras naik karena stok dipakai untuk bantuan sosial (bansos) pangan.

"Permintaan beras untuk bansos dan berbagai bantuan lain dari para caleg untuk kampanye politik juga meningkat. Tidak heran bila harga beras meningkat tajam," tegas Esther.

Pemerintah juga disebut gagal memenuhi kebutuhan pangan dari dalam negeri. Sehingga, hanya mengandalkan impor pangan dari waktu ke waktu.

Untuk solusi jangka pendek, direktur eksekutif Indef itu meminta pemerintah melakukan operasi pasar secara masif dengan menjual beras dan bahan pangan lainnya secara murah.

"Sehingga, suplai di pasar meningkat dan permintaan beras dan komoditas pangan di pasar bisa terpenuhi," ujar Esther.

Sedangkan, untuk solusi jangka panjang perlu melakukan kebijakan swasembada pangan dan upaya diversifikasi pangan atau usaha untuk mengajak masyarakat memberikan variasi terhadap makanan pokok yang dikonsumsi, agar tidak terfokus hanya pada satu jenis.

Baca juga: Harga Beras Belum Turun, Kadin DKI: Pemerintah Terlambat Antisipasi
 

Musim paceklik


Dihubungi terpisah, pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menuturkan produksi beras domestik memang lagi terbatas. Hal ini disebabkan musim paceklik. Panen raya diperkirakan baru terjadi di akhir April atau awal Mei 2024.

Harga ayam dan telur juga meroket karena harga pakan naik. Harga pakan naik karena harga jagung naik. Harga gula juga tercatat naik karena musim giling masih akan mulai lagi pada Mei nanti setelah giling tebu selesai November lalu.

"Saat ini stok gula sudah di tangan pedagang. Mereka yang bisa mendikte harga. Rata-rata berbagai komoditas harganya naik karena paceklik," terang Khudori.

Menurutnya, yang bisa dilakukan pemerintah, pertama ialah memastikan tidak ada gagal panen dan jika ada stok atau cadangan segera gulirkan ke pasar agar harga bisa turun atau setidaknya menahan harga pangan.

"Kalau tidak ada stok dan tak ada panen dalam waktu pendek, ya mesti impor," ucap dia.

Impor pangan pun mesti dikalkulasi dengan benar. Khudori mengingatkan ke pemerintah jangan sampai impor datang saat panen tiba. Ini justru memukul produksi petani domestik

"Penting bagi pemerintah untuk memastikan pasokan beras dalam jumlah memadai. Jika tidak, harga bahan-bahan pangan potensial naik dan akan menimbulkan kegaduhan," jelas Khudori.

(INSI NANTIKA JELITA)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)