Rupiah Ditutup Perkasa di Level Rp16.806 per USD

Ilustrasi. Foto: Dok MI

Rupiah Ditutup Perkasa di Level Rp16.806 per USD

Eko Nordiansyah • 21 April 2025 16:14

Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan sore ini bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Meski begitu, penguatan rupiah hanya terbatas dibandingkan dengan pembukaan perdagangan tadi.

Mengacu data Bloomberg, Senin, 21 April 2025, rupiah menguat hingga 70 poin atau 0,41 persen di posisi Rp16.806,5 per USD dibandingkan  Rp16.833 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Sementara itu, berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah menguat hingga 19 poin atau 0,11 persen menjadi Rp16.800 per USD dibandingkan sebelumnya di posisi Rp16.820 per USD pada penutupan perdagangan Kamis lalu.
 
Sedangkan berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (disingkat Jisdor), mata uang Garuda ini terpantau berada di posisi Rp16.808 per USD. Rupiah menguat dibandingkan Kamis lalu sebesar Rp16.833 per USD.
 

Baca juga: 

Update! Ini Rincian Kurs Dolar AS di BCA, Mandiri, BNI, BRI Hari ini



(Ilustrasi dolar AS. MI/Rommy Pujianto)

Dolar AS masih tertekan

Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menuturkan penguatan mata uang garuda seiring indeks dolar AS yang melemah. Ketidakpastian baru seputar kebijakan moneter AS, setelah Presiden Donald Trump mengumumkan rencana untuk merombak Federal Reserve.

Penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett mengatakan pada pekan lalu, Trump dan timnya terus mempelajari apakah mereka dapat memecat Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell.

"Hal ini memicu kekhawatiran tentang independensi Fed yang mengirimkan riak ke pasar keuangan," jelas Ibrahim.

Selain itu, Presiden Rusia Vladimir Putin secara tak terduga mengumumkan gencatan senjata satu hari di Ukraina pada hari Sabtu untuk menandai hari raya Paskah Ortodoks. Namun, Rusia melancarkan serangan rudal dan pesawat nirawak ke Ukraina pada Senin pagi, hanya beberapa jam setelah berakhirnya gencatan senjata. Baik Kyiv maupun Moskow saling menuduh telah melanggar gencatan senjata.

Di dalam negeri, penguatan rupiah dipicu rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2025 surplus USD4,33 miliar, naik USD1,23 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.

Namun, angka tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya, sebesar USD250 juta. Dengan demikian, neraca dagang Indonesia telah mencatatkan surplus selama 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Surplus neraca perdagangan Maret 2025 lebih ditopang oleh surplus dari komoditas nonmigas sebesar USD6 miliar, dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72).

Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,67 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)