Tak Berdaya, Rupiah Masih Betah di Level Rp16.872 per USD

Ilustrasi. Foto: Dok MI

Tak Berdaya, Rupiah Masih Betah di Level Rp16.872 per USD

Eko Nordiansyah • 9 April 2025 16:23

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan. Meski begitu, rupiah masih berada di dekat level Rp17 ribu per dolar AS.

Mengutip data Bloomberg, Rabu, 9 April 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.872 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 18,5 poin atau setara 0,11 persen dari posisi Rp16.891 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sebaliknya, data Yahoo Finance justru menunjukkan rupiah mengalami pelemahan pada posisi Rp16.860 per USD. Rupiah turun satu poin atau setara 0,01 persen dari Rp16.859 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.943 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah dibandingkan perdagangan sebelumnya di level Rp16.849 per USD.
 

Baca juga: 

Cek Kurs Dolar AS di BCA, Mandiri, BNI, BRI Hari Ini



(Ilustrasi rupiah. MI/Adam Dwi)

Rupiah masih akan tertekan

Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah semakin mendekati Rp17.000 per dolar AS. Ia memperkirakan tekanan rupiah dari dolar AS masih cukup tinggi.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah bakal fluktuatif dengan ditutup melemah direntang  Rp16.860-Rp16.900 per dolar AS," ujarnya dalam keterangan resmi.

Ibrahim mengatakan indeks dolar AS menguat pada hari ini di tengah kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menambah tarif baru pada beberapa ekonomi utama di luar Tiongkok. Salah satunya Indonesia yang terkena dampak tarif 32 persen. Tarif timbal balik Trump tersebut berlaku mulai hari ini.

Pada Selasa, 8 April 2025, Trump telah menandatangani perintah yang mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen pada Tiongkok, sehingga tarif kumulatif AS terhadap negara tersebut menjadi 104 persen. Angka tersebut jauh di atas 60 persen yang diancam oleh Trump selama upaya kampanyenya tahun lalu.

Trump mengatakan kenaikan 50 persen tersebut merupakan balasan atas pengenaan tarif balasan sebesar 34 persen oleh Tiongkok terhadap AS minggu lalu. Keputusan tersebut membuat goyah pasar-pasar saham global.

Tiongkok sendiri sejauh ini tidak menunjukkan niat untuk mundur, dengan Kementerian Perdagangan berjanji untuk berjuang sampai akhir dengan AS atas peningkatan tarifnya. Pasar juga berspekulasi bahwa Tiongkok membuang kepemilikannya yang besar atas Obligasi Pemerintah AS, yang menyebabkan lonjakan besar dalam imbal hasil.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)