Tren Bullish Masih Dominan, Ini Proyeksi Harga Emas Minggu Depan

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Tren Bullish Masih Dominan, Ini Proyeksi Harga Emas Minggu Depan

Husen Miftahudin • 30 August 2025 16:00

Jakarta: Harga emas (XAUUSD) kembali menjadi sorotan pasar pada pertengahan pekan ini setelah pergerakan logam mulia menunjukkan tren penguatan yang konsisten. Sepanjang Agustus, spot gold telah naik sekitar 3,9 persen, didorong oleh pelemahan dolar AS dan meningkatnya ekspektasi Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Emas sempat mencapai USD3.423,16 per ons, tertinggi sejak 23 Juli, memperkuat keyakinan tren bullish masih cukup solid di pasar komoditas.

Menurut analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha, indikator teknikal saat ini mengonfirmasi arah bullish. Kombinasi pola candlestick dengan indikator Moving Average menunjukkan tren naik yang diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir pekan ini, bahkan berpotensi bertahan hingga pekan depan.

"Jika tekanan bullish berlanjut, XAU/USD berpotensi naik hingga ke area USD3.450 pada minggu depan," jelas Andy dikutip dari analisisnya, Sabtu, 30 Agustus 2025.

Meski begitu, ia juga mengingatkan adanya skenario alternatif. Jika harga mengalami reversal dan menembus key point di USD3.300, maka ada potensi penurunan lebih lanjut ke area USD3.250. Dengan demikian, level USD3.300 dipandang sebagai titik penentu arah pergerakan harga emas dalam jangka pendek.

Pasar saat ini tengah menantikan rilis data Personal Consumption Expenditures (PCE) malam ini, indikator inflasi favorit The Fed. Data ini diperkirakan akan menjadi katalis utama bagi pergerakan emas dalam beberapa hari ke depan. Menurut perkiraan pasar, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed berikutnya mencapai 86 persen sampai 88 persen.

Harapan terhadap penurunan suku bunga ini menjadi salah satu faktor utama yang menopang harga emas, seiring dengan meningkatnya permintaan aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global. Selain faktor moneter, permintaan emas global juga meningkat signifikan.
 

Baca juga: Kilau Emas Dunia Makin Mentereng Berkat Kenaikan Inflasi PCE AS


(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
 

Negara-negara dunia mulai kurangi ketergantungan dolar AS 


Negara-negara BRICS dan Asia Tenggara semakin mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dengan memperbesar cadangan emas. Data menunjukkan, lebih dari 244 ton emas dibeli oleh bank sentral pada kuartal I-2025. Kini, emas mendekati 20 persen dari total cadangan devisa global.

"Tak hanya itu, minat investor terhadap emas juga terlihat dari aliran dana masuk ke ETF emas yang mencapai USD30 miliar pada semester pertama 2025. Lonjakan permintaan ini memperkuat posisi emas sebagai aset safe haven utama," urai dia.

Selain isu moneter, faktor politik turut mendukung penguatan emas. Kontroversi politik di Amerika Serikat, termasuk wacana pemecatan salah satu gubernur The Fed, menimbulkan kekhawatiran terhadap independensi bank sentral. Kondisi ini menambah kecemasan pasar dan mendorong investor mencari perlindungan pada emas.

Situasi tersebut semakin relevan di tengah inflasi yang masih tinggi serta volatilitas pasar global yang meningkat. Bagi investor, emas tetap menjadi aset yang menawarkan stabilitas ketika ketidakpastian politik dan ekonomi memuncak.

"Dengan kombinasi faktor teknikal, fundamental, hingga politik global, emas berpotensi tetap berada di jalur penguatan dalam waktu dekat, sambil menanti rilis data PCE sebagai penentu arah berikutnya," papar Andy.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)