Tren Bearish Kian Menguat, Simak Analisa Harga Emas Ini Biar Gak Salah Langkah!

Emas batangan. Foto: Bareksa.com

Tren Bearish Kian Menguat, Simak Analisa Harga Emas Ini Biar Gak Salah Langkah!

Husen Miftahudin • 13 August 2025 10:50

Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) bergerak menguat tipis pada perdagangan Selasa, 12 Agustus 2025, mencatat kenaikan 0,20 persen setelah rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) untuk periode Juli. Kenaikan ini terjadi di tengah dukungan sentimen dari pernyataan Presiden AS Donald Trump yang kembali menekan independensi Federal Reserve (The Fed). Meski demikian, analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menunjukkan tren bearish pada XAU/USD justru semakin menguat.

Menurut Andy, kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average yang terbentuk saat ini menandakan tekanan jual masih dominan. Proyeksi pergerakan untuk hari ini, jika tekanan bearish berlanjut, XAU/USD berpotensi turun hingga ke level support di USD3.332.

"Namun, jika harga gagal menembus support tersebut dan mengalami koreksi, peluang kenaikan terdekat terbuka menuju level resistance di USD3.365," jelas Andy dalam analisis hariannya, Rabu, 13 Agustus 2025.

Pada perdagangan sesi Asia Rabu (13/8) pagi, harga emas sempat menguat mendekati level USD3.350 setelah rebound dari titik terendah multi-hari di sekitar USD3.330. Penguatan ini didorong oleh meningkatnya ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada pertemuan September mendatang.

Para pelaku pasar kini juga memproyeksikan peluang penurunan suku bunga lanjutan pada Oktober sebesar 67 persen, naik dari 55 persen sehari sebelumnya, berdasarkan data FedWatch CME.
 

Baca juga: Harga Emas Makin Berkilau Berkat Data Inflasi AS


(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
 

Rilis data inflasi AS mempengaruhi harga emas


Rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang sesuai ekspektasi turut memengaruhi pergerakan harga. IHK tahunan bulan Juli naik 2,7 persen, sementara IHK inti tahunan meningkat 3,1 persen, melampaui perkiraan pasar 3,0 persen.

Pada basis bulanan, kedua data ini juga mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dari estimasi, masing-masing sebesar 0,2 persen untuk IHK dan 0,3 persen untuk IHK inti. Kenaikan ini memunculkan spekulasi tekanan inflasi di AS masih cukup kuat, namun The Fed bisa saja mengambil langkah pelonggaran moneter untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

"Suku bunga yang lebih rendah umumnya menjadi katalis positif bagi emas, karena mengurangi biaya peluang untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti logam mulia. Namun, faktor fundamental lain juga membatasi ruang kenaikan," papar Andy.

Ia melanjutkan, kemajuan di bidang perdagangan antara AS dan Tiongkok setelah Donald Trump sepakat menunda penerapan tarif besar selama 90 hari telah meredakan kekhawatiran geopolitik yang biasanya mendorong permintaan emas sebagai aset safe-haven.

Dari sisi komentar pejabat The Fed, Thomas Barkin dari The Richmond menilai kebijakan saat ini berada pada posisi yang tepat, meskipun bank sentral tetap menghadapi tantangan dari sisi inflasi dan pengangguran. Sementara itu, Jeffrey Schmid dari The Fed Kansas City menyatakan sikap kebijakan yang sedikit ketat masih relevan, dengan pendekatan yang sabar terhadap perubahan suku bunga.

"Secara keseluruhan, meskipun emas sempat rebound di awal pekan, tren jangka pendek masih berada di bawah tekanan bearish. Momentum penguatan berpeluang membawa harga menguji level berikutnya, namun jika gagal bertahan, tekanan jual berpotensi kembali mendominasi," papar Andy.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)