Ketua Klaster Pendanaan Produktif AFPI Tofan Saban. Foto: Metrotvnews.com/Husen.
Husen Miftahudin • 23 January 2025 08:02
Kabupaten Bandung Barat: Industri Pinjaman Daring (Pindar) di Indonesia diakui memiliki potensi luar biasa untuk tumbuh dan berkembang. Maklum saja, jumlah individu produktif dan pelaku UMKM yang unbankable (tidak terlayani jasa keuangan konvensional, seperti perbankan) masih sangat banyak.
Menukil sejumlah sumber yang dipaparkan Ketua Klaster Pendanaan Produktif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Tofan Saban, sebanyak 71 persen individu produktif di Indonesia, atau sekitar 132 juta orang, tidak memiliki akses ke kredit pembiayaan konvensional seperti perbankan hingga industri pembiayaan (multifinance).
"UMKM yang belum terlayani ada 46,6 juta, ini adalah UMKM yang ada di Indonesia saat ini, tapi belum bisa mendapatkan pembiayaan dari lembaga pembiayaan konvensional seperti multifinance atau mungkin perbankan. Kenapa begitu? Karena secara persyaratan mereka belum memenuhi syarat," ungkap Tofan dalam AFPI Journalist Workshop and Gathering 2025 di Kabupaten Bandung Barat, Rabu, 22 Januari 2025.
Jika ditarik lebih jauh, lanjutnya, terdapat sebesar 85,8 miliar poundsterling atau sekitar Rp1.650 triliun kesenjangan kredit yang terjadi akibat tidak terlayaninya individu produktif terhadap akses kredit secara global. Angka ini merupakan jumlah realisasi yang terjadi pada 2018.
Bahkan, kesenjangan kredit untuk UMKM secara global pada 2026 diperkirakan mencapai 124,8 miliar poundsterling atau sekitar Rp2.400 triliun. Angka ini merupakan 56 persen dari perkiraan kesenjangan kredit sebesar 223,6 miliar poundsterling atau Rp4.000 triliun di 2026.
"Jadi diperkirakan pada 2026 itu ada sekitar Rp4.000 triliun (pembiayaan ke individu produktif dan pelaku UMKM) yang harus ditutup oleh institusi non konvensional," tuturnya.
Menurut Tofan, pemerintah sebenarnya tak tinggal diam melihat angka kesenjangan sebesar itu. Pemerintah, sebut dia, sudah jor-joran dalam menyalurkan kredit pembiayaan ke individu produktif dan pelaku UMKM. Salah satunya melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
"Tapi dengan jumlah (kesenjangan kredit) yang sebanyak itu masih kurang ternyata. Memang ada juga produk dan program-program seperti KUR kepada UMKM, cuma secara jumlah pun masih relatif terbatas dari kebutuhan yang ada," papar Tofan.
Baca juga: Salurkan Pinjaman hingga Nyaris Rp1.000 Triliun, Pindar Bikin Tulang UMKM Makin Kuat |