Ilustrasi rupiah. Metrototvnews.com/Husen Miftahudin
Eko Nordiansyah • 12 November 2025 16:10
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap mata uang dolar AS pada penutupan perdagangan sore ini, Rabu, 12 November 2025, bergerak melemah. Mata uang Garuda terpantau sudah melemah atas dolar AS sejak pembukaan pagi tadi.
Mengacu data Bloomberg, rupiah melemah 23 poin atau setara 0,14 persen hingga ke posisi Rp16.717 per USD. Rupiah melemah jika dibandingkan perdagangan kemarin di posisi Rp16.694 per USD.
Kemudian berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah juga melemah sebesar dua poin atau setara 0,01 persen menjadi Rp16.695 per USD. Sebelumnya rupiah berada di level Rp16.693 per USD.
Sedangkan berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (disingkat Jisdor), mata uang Garuda ini terpantau berada di posisi Rp16.722 per USD. Rupiah melemah dibandingkan dengan kemarin sebesar Rp16.698 per USD.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, kurs rupiah pada perdagangan hari ini dipengaruhi oleh berita Senat AS yang mengesahkan RUU untuk membuka pendanaan pemerintah dan mengakhiri penutupan pemerintah yang telah berlangsung lama.
"RUU tersebut sekarang akan dibawa ke Dewan Perwakilan Rakyat untuk dipertimbangkan, di mana mayoritas Partai Republik mengisyaratkan mereka akan mengesahkan RUU tersebut paling cepat pada Rabu, setelah itu akan dikirim kepada Presiden Donald Trump untuk ditandatangani menjadi undang-undang," terang Ibrahim.
RUU tersebut akan mengakhiri penutupan pemerintah terlama dalam sejarah AS, yang memasuki hari ke-41 pada Senin. Berakhirnya penutupan pemerintah juga akan membuka jalan bagi Pemerintah AS untuk merilis data ekonomi resmi, yang akan memberikan lebih banyak petunjuk kepada pasar mengenai ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Di sisi lain, lanjut Ibrahim, pasar terlihat terus-menerus memperkirakan ekspektasi penurunan suku bunga AS pada Desember, di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi, yang kemungkinan akan dirasakan oleh The Fed. Selain itu, bank sentral juga telah meremehkan ekspektasi penurunan suku bunga pada Desember dalam pertemuannya di Oktober.
Geopolitik di Eropa memanas setelah Ukraina pada akhir pekan melancarkan serangan pesawat tak berawak terhadap lebih banyak infrastruktur energi Rusia, yang memicu serangan balasan oleh Moskow. Perang yang memasuki tahun ketiganya pada 2025 tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, terutama karena upaya AS untuk menengahi gencatan senjata gagal.
"Namun, konflik ini telah memberikan sedikit dukungan terhadap harga minyak, terutama karena serangan Ukraina mengganggu produksi energi Rusia, sementara AS berusaha memaksa Moskow untuk melakukan gencatan senjata dengan sanksi yang lebih berat terhadap industri minyaknya," papar dia.