Putri Purnama Sari • 18 November 2025 19:28
Jakarta: Banyak orang mengira bullying hanya berupa kekerasan fisik atau hinaan kasar. Padahal dalam kehidupan sehari-hari, ada bentuk perundungan yang terlihat seperti “candaan”, “lelucon”, bahkan “keakraban”, tetapi sesungguhnya menyakiti dan meninggalkan luka psikologis.
Bullying jenis ini justru berbahaya karena sering tidak disadari, baik oleh korban, pelaku, maupun lingkungan sekitar. Dalam banyak kasus bullying pada remaja, termasuk yang terjadi di sekolah-sekolah Indonesia, pola “candaan berlebihan” ini justru menjadi awal dari intimidasi yang lebih berat.
Oleh karena itu, penting untuk memahami bentuk-bentuk bullying terselubung yang selama ini dianggap sepele. Berikut contoh bullying yang kerap kali tidak disadari.
Contoh Bullying yang Tidak Disadari
1. Body Shaming yang Dianggap Lelucon
Kadang kala komentar seperti “Kok gendutan sekarang?”, “Pendek banget sih kamu?, “Kulitmu kok makin gelap?”, Sering diucapkan dengan tawa, tetapi sangat bisa merusak rasa percaya diri seseorang.
Pada beberapa orang,
body shaming ternyata dapat memicu stres, kecemasan, bahkan gangguan makan.
2. Roasting atau Ejekan dengan Dalih ‘Bercanda’
Salah satu bentuk
perundungan yang sedang populer adalah
roasting yang biasanya berujung pada merendahkan kondisi keluarga, membandingkan kekurangan fisik, membuka aib masa lalu, atau bahkan mempermalukan orang di depan teman-temannya.
Seseorang yang menerima
roasting sering kali tidak berani protes karena takut dianggap “
baper”.
3. Memanggil dengan Julukan yang Merendahkan
Julukan merendahkan seperti “
gendut”, “
hitam”, “
botak”, “
si cupu”, “
si miskin”, “
si aneh” juga termasuk ke dalam
bullying verbal yang sering diabaikan.
Awalnya memang terdengar seperti keakraban, tetapi dapat melekat dan merusak identitas diri korban.
4. Mengolok-olok Barang Murah atau Penampilan
Banyak remaja menjadi korban
bullying karena memakai HP jadul, sepatu atau tas tidak bermerek, atau bahkan tidak mengikuti tren fashion tertentu. Hal ini dapat membuat korban merasa rendah diri dan takut bersosialisasi.
5. Menjadikan Teman sebagai “Bahan Konten”
Hal ini mungkin terlihat sepele, namun merekam ekspresi lucu seseorang lalu menyebarkannya dan membuat video tanpa izin, bahkan hingga memposting foto temannya disertai
caption merendahkan adalah bentuk
bullying.
Di era media sosial, candaan seperti ini bisa viral dan memperburuk kondisi korban dalam waktu singkat.
6. Menggunakan Candaan SARA yang Dianggap Biasa
Ucapan seputar warna kulit, suku, agama, dan logat bicara termasuk bullying yang dapat menimbulkan trauma sosial dan menghambat interaksi.
7. ‘Ngegas’ atau Mengolok-olok Reaksi Korban
Saat korban bullying mulai tersinggung, pelaku sering kali berkata:
“Baper amat sih”, “
Cuma bercanda kok”, “
Santai aja, jangan lebay”. Ucapan seperti ini kerap kali membuat korban diam, tidak berani melawan, dan menganggap perasaannya tidak valid.
Mengapa Bentuk Bullying Ini Berbahaya?
1. Sulit Dideteksi
Karena dikemas sebagai lelucon, guru, orang tua, bahkan korban sendiri sering tidak menyadarinya.
2. Bisa Menjadi Perundungan yang Lebih Serius
Dimulai dari bercanda, lama-lama berubah menjadi ejekan rutin, isolasi sosial, hingga kekerasan fisik.
3. Menciptakan Lingkungan Toxic
Bercanda dengan cara merendahkan seseorang membuat pola interaksi tidak sehat yang dianggap “normal”.
4. Merusak Kesehatan Mental
Bentuk
bullying seperti ini ternyata memiliki dampak yang cukup signifikan, seperti:
- Rendah diri
- Depresi
- Kecemasan
- Kesulitan percaya pada orang lain
Selalu tanamkan dalam diri untuk dapat mengontrol sikap kepada orang lain karena beberapa kasus
bullying yang fatal bermula dari “candaan”.