Mengapa Bullying Masih Terjadi? Ini Penyebab dan Cara Menghentikannya

Ilustrasi freepik

Mengapa Bullying Masih Terjadi? Ini Penyebab dan Cara Menghentikannya

Putri Purnama Sari • 18 November 2025 18:25

Jakarta: Bullying masih menjadi masalah serius di kalangan anak dan remaja. Meski sudah sering dibahas, kasus perundungan terus terjadi di berbagai daerah, termasuk sekolah-sekolah yang seharusnya menjadi tempat aman bagi peserta didik. 

Baru-baru ini, kasus bullying terjadi di SMPN 19 Tangerang Selatan (Tangsel), salah satu muridnya yang bernama Muhammad Hisyam diketahui menjadi korban perundungan hingga meninggal dunia.

Kasus ini kembali membuka mata masyarakat tentang betapa seriusnya kekerasan di lingkungan pendidikan. Untuk menghentikan bullying, penting untuk memahami mengapa perundungan bisa terjadi serta bagaimana strategi efektif untuk mengatasinya.
 

Baca juga: 7 Cara Efektif Mendeteksi Dini Bullying pada Remaja
 

Mengapa Bullying Bisa Terjadi?

Bullying bisa terjadi karena beberapa faktor penyebab, berikut informasinya.

1. Lingkungan yang Tidak Kondusif

Lingkungan sekolah atau rumah yang minim pengawasan, penuh tekanan, atau tidak memiliki aturan jelas membuka ruang terjadinya bullying. Ketika tidak ada konsekuensi tegas, pelaku merasa bebas melakukan intimidasi.

2. Kurangnya Empati pada Remaja

Beberapa remaja belum matang secara emosional dan kesulitan memahami dampak tindakannya pada orang lain. Kurangnya pendidikan tentang empati membuat mereka menganggap bullying sebagai “candaan”.

3. Pengaruh Teman Sebaya (Peer Pressure)

Banyak pelaku melakukan bullying demi terlihat unggul atau diterima dalam kelompok tertentu. Tekanan sosial dapat membuat remaja meniru perilaku buruk agar tidak dikucilkan.

4. Pengalaman Menjadi Korban

Sebagian pelaku pernah menjadi korban perundungan. Tanpa penanganan yang tepat, mereka dapat melampiaskan rasa sakit dan kemarahan pada orang lain.
 
Baca juga: Puan Sebut Perundungan di Sekolah Sudah Darurat karena Terus Berulang


5. Pola Asuh yang Salah atau Minim Perhatian

Anak yang tumbuh di keluarga penuh kekerasan atau minim komunikasi cenderung meniru perilaku kasar. Mereka belajar bahwa kekerasan adalah cara menyelesaikan masalah.

6. Media Sosial dan Cyberbullying

Era digital dapat mempermudah bullying menyebar tanpa batas. Anonimitas membuat pelaku lebih berani melakukan hinaan, menyebarkan foto, atau membuat konten merendahkan.

Bagaimana Cara Menghentikan Bullying?



1. Edukasi Empati Sejak Dini

Sekolah dan orang tua perlu memberikan pendidikan karakter, termasuk mengajarkan: empati, toleransi, cara mengelola emosi, dan menghormati perbedaan.

Anak yang memahami perasaan orang lain lebih kecil kemungkinannya menjadi pelaku bullying.

2. Komunikasi Terbuka dengan Anak

Ajak anak berbicara secara rutin, terutama tentang kondisi di sekolah, pertemanan, tekanan sosial, hingga pengalaman tidak menyenangkan.

Remaja yang merasa didengar biasanya lebih berani melapor jika mengalami perundungan.

3. Penegakan Aturan Anti-Bullying

Sekolah perlu memiliki kebijakan tegas, termasuk:
  • Mekanisme pelaporan yang aman
  • Sanksi jelas untuk pelaku
  • Pendampingan bagi korban
  • Edukasi untuk saksi agar berani melapor
Kebijakan ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang aman.
 
Baca juga: Mendikdasmen Segera Terbitkan Aturan Baru Cegah Bullying di Sekolah

4. Latih Kemampuan Self-Defense Emosional

Ajarkan anak cara menghadapi situasi bullying seperti tetap tenang, tidak membalas dengan agresi, mencari bantuan pihak dewasa, serta memahami kapan harus pergi dari situasi berbahaya.

Dengan melatih kemampuan ini dapat memberikan bekal perlindungan diri bagi sang anak agar tidak mudah terpengaruh oleh bullying.

5. Ajak Pelaku Mendapatkan Pembinaan

Pelaku bullying perlu untuk melakukan konseling, pendidikan karakter, dan juga pengawasan perilaku. Dengan begitu, akar masalah bisa ditangani dan perundungan tidak berulang.

6. Awasi Aktivitas Online Anak

Orang tua perlu mengetahui platform apa yang digunakan anak, waktu penggunaan gadget, hingga perubahan perilaku setelah bermain media sosial. Cyberbullying harus ditangani segera karena dampaknya bisa lebih berat dan cepat menyebar.

7. Libatkan Profesional Jika Diperlukan

Anak yang menjadi korban ataupun pelaku bullying bisa menghubungi Psikolog, karena mereka dapat membantu korban memulihkan trauma dan memperbaiki perilaku pelaku.

Tak hanya itu, orang tua dan sekolah juga perlu memahami pola komunikasi yang sehat agar hal serupa tidak terjadi lagi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Arga Sumantri)