Wakil Ketua KPK Johanis Tanak. Foto: Medcom/Theo.
Candra Yuri Nuralam • 6 May 2025 12:59
Jakarta: Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johanis Tanak menegaskan tidak ada aturan mengikat yang melarang instansinya mengusut dugaan rasuah di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sebab, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2025 tentang BUMN cuma mengubah status petinggi menjadi bukan penyelenggara negara.
“Keberadaan UU Nomor 1 Tahun 2025 tentang BUMN itu tidak menghalangi atau tidak melarang aparat penegak hukum (APH) dalam upaya melakukan pemberantasan tipikor, karena tidak ada satu pasal pun dalam UU Nomor 1 Tahun 2025 yang melarang APH untuk melakukan proses hukum terhadap organ BUMN,” kata Tanak melalui keterangan tertulis, Selasa, 6 Mei 2025.
Tanak mengatakan, petinggi dikategorikan sebagai organ BUMN dalam beleid baru itu. Sehingga, KPK tetap bisa membuka kasus jika mengendus korupsi di perusahaan pelat merah.
“UU Nomor 1 Tahun 2025 hanya mengatur bahwa organ BUMN (direksi, komisaris, dan dewan pengawas), bukan merupakan penyelenggara negara, berarti, organ BUMN tidak termasuk sebagai subyek hukum dalam pengertian Pasal 1 ayat 2 dan Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tipikor jo UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tipikor,” ucap Tanak.
Baca juga:
Soal Aturan Anyar BUMN, Pimpinan KPK: Tersangka Sebelum UU Berlaku Masih Bisa Diproses |