Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin. Metrotvnews.com/Fachri
Fachri Audhia Hafiez • 12 August 2025 16:46
Jakarta: Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin menekankan pentingnya menjaga batasan dalam metode pembinaan di TNI. Hal ini merespons kasus kematian Prada Lucky Chepril Saputran Namo yang dianiaya seniornya.
"Jangan sampai ada alih-alih pembinaan, tetapi ternyata kebablasan," kata Hasanuddin di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 12 Agustus 2025.
Hasanuddin mengatakan lingkungan militer memang keras. Namun, sejak 1974, telah dikeluarkan instruksi yang melarang hukuman fisik berupa pemukulan atau penyiksaan.
"Bahwa memberikan hukuman disiplin berupa push-up, squat-jump, atau mungkin yang lain-lain yang memang untuk pembinaan fisik, itu pun diberi batasannya," kata Hasanuddin
Baca Juga:
Kasus Kematian Prada Lucky, DPR Minta Pembinaan di Tubuh TNI Dievaluasi |
Politikus PDIP itu mendorong evaluasi menyeluruh terhadap pola pembinaan di tubuh TNI. Khususnya, pada level perwira menengah ke bawah.
"Terutama para perwira dari mulai komandan kompi ke bawah. Komandan kompi, komandan peloton, komandan regu, itu harus mendapatkan porsi yang baik di dalam rangka pembinaan," ucap Hasanuddin.
Total 20 prajurit TNI yang menjadi tersangka dalam kasus dugaan penganiayaan yang menewaskan Prada Lucky Chepril Saputran Namo. Motif dari kasus kekerasan belum diungkap lantaran masih dalam proses pemeriksaan penyidik Polisi Militer Daerah Militer (Pom Dam) IX Udayana.