Perbandingan Rekam Jejak Ekonomi Biden vs Trump

Donald Trump dan Joe Biden. Foto: CNN.

Perbandingan Rekam Jejak Ekonomi Biden vs Trump

Medcom • 24 July 2024 13:29

Jakarta: Para pemilih di Amerika Serikat (AS) memandang perekonomian sebagai prioritas nomor satu menjelang pemilihan presiden pada November 2024.

Pada debat pertama Presiden Amerika Serikat, Joe Biden dan mantan Presiden AS, Donald Trump di kampanye 2024 telah memfokuskan kembali perhatian pada catatan ekonomi masing-masing saat menjabat.

Baik Biden maupun Trump bisa menunjukkan kinerja yang kuat di bidang perekonomian tertentu. Namun, jajak pendapat secara konsisten menunjukkan pemilih lebih percaya pada kemampuan Partai Republik dalam menangani masalah ekonomi dan biaya hidup.

Melansir Al Jazeera, Rabu, 24 Juli 2024, ada 46 persen responden mengatakan mereka mempercayai Trump dalam hal perekonomian, dibandingkan dengan 32 persen yang mempercayai Biden.

Jajak pendapat juga menunjukkan sebagian besar masyarakat Amerika memandang ekonomi sebagai prioritas utama mereka, yang berarti harapan terpilihnya kembali Biden kemungkinan besar akan tetap ada atau tidak tergantung pada kemampuannya untuk menyampaikan pesan ekonomi yang positif.

 

Baca juga: Keputusan Joe Biden Mundur Picu Ketidakpastian Pasar


Berikut adalah catatan ekonomi Trump dan Biden yang dibandingkan dalam empat bidang utama, melansir laman Al Jazeera.
 

1. Pertumbuhan ekonomi


Baik pemerintahan Biden maupun Trump mengawasi periode pertumbuhan yang kuat. Sejak pelantikan Biden, Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sebesar 8,4 persen jika disesuaikan dengan inflasi.

Di bawah kepemimpinan Trump, PDB tumbuh sebesar 6,8 persen. Namun hal tersebut termasuk penurunan aktivitas ekonomi yang terjadi pada tahun pertama pandemi ini.

Jika tidak memperhitungkan pada 2020, Biden tampil sedikit lebih unggul, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sekitar 2,9 persen, dibandingkan dengan Trump yang hanya di bawah 2,7 persen.
 

2. Inflasi


Masa jabatan Biden ditandai dengan inflasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Trump, meskipun banyak faktor yang mendorong harga tinggi, seperti gangguan rantai pasokan terkait covid, berada di luar kendalinya.

Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS, selama Biden menjabat, harga-harga telah meningkat lebih dari 19 persen. Harga bensin naik dari USD2,33 (Rp37 ribu) menjadi USD3,76 (Rp60 ribu) antara Januari 2021 dan Mei tahun ini.

Harga sepotong roti meningkat dari USD1,55 (Rp24 ribu) menjadi USD1,97 (Rp31 ribu). Sedangkan harga selusin telur melonjak dari USD1,47 (Rp23 ribu) menjadi USD2,70 (Rp43 ribu).

Pada saat bersamaan di masa kepresidenan Trump, harga-harga hanya naik sekitar lima persen. Meskipun inflasi telah turun tajam sejak mencapai puncaknya pada 9,1 persen pada pertengahan 2022, inflasi tersebut masih tetap tinggi.

Indeks harga konsumen bulan lalu mencapai 3,3 persen, jauh di atas target Federal Reserve AS yang sebesar dua persen.

 
Baca juga: Bitcoin Tembus USD60 Ribu Imbas Penembakan Trump
 

3. Lapangan pekerjaan


Biden dan Trump sama-sama mengklaim telah memimpin pasar tenaga kerja yang kuat. Pengangguran turun ke level terendah dalam 53 tahun terakhir sebesar 3,4 persen pada Januari tahun lalu dan tetap berada di bawah empat persen selama satu bulan sejak saat itu.

Tidak termasuk pada 2020, Trump juga mencatat periode pengangguran yang rendah, dengan tingkat pengangguran mencapai titik terendah sebesar 3,5 persen pada akhir 2019.

Di bawah kepemimpinan Biden, perekonomian telah menambah sekitar 15,7 juta lapangan kerja. Sebaliknya, Trump meninggalkan jabatannya dengan berkurangnya tiga juta pekerjaan, meskipun angka tersebut tidak dipengaruhi oleh pandemi.
 

4. Gaji


Meskipun Biden dan Trump sama-sama memimpin pertumbuhan upah yang solid di atas kertas, pekerja AS telah mengalami penurunan pendapatan secara riil di bawah kepemimpinan Biden karena inflasi.

Di bawah pemerintahan Trump, pertumbuhan upah tetap berada di atas inflasi, sehingga menghasilkan sedikit peningkatan pendapatan pekerja. Sejak Maret 2021, harga konsumen mulai menyimpang dari pendapatan, sebelum tren mulai berbalik arah pada awal 2023.

Menurut analisis FactCheck yang mengutip data Biro Statistik Tenaga Kerja AS, hasilnya adalah upah mingguan rata-rata riil turun 2,14 persen antara awal masa jabatan Biden dan kuartal pertama 2024. (Syarief Muhammad Syafiq)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)