Ilustrasi rupiah. Foto: MI/Rommy.
Jakarta: Laju mata uang rupiah menguat pada penutupan awal Juli 2024. Rupiah menguat setelah keyakinan akan turunnya suku bunga The Fed menguat.
Dikutip dari kurs Jisdor Bank Indonesia (BI) laju rupiah naik ke Rp16.355 per USD atau membaik dari posisi sebelumnya yang berada pada level Rp16.394 per USD.
Dollar index dan dollar index futures keduanya turun lebih dari 0,2 persen masing-masing pada Senin, 1 Juli 2024, memperpanjang kerugian dari akhir pekan lalu setelah data Indeks harga PCE menunjukkan sedikit pelonggaran dalam inflasi.
PCE inti Mei turun menjadi 2,6 persen dari 2,8 persen di April, sedangkan PEC secara bulanan terasa menjadi 0,1 persen dari angka sebelumnya sebesar 0,3 persen.
Menurut Alat CME Fedwatch pembacaan tersebut membuat para pedagang meningkatkan taruhan mereka Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada September.
Fokus investor
Fokus minggu ini adalah pada lebih banyak sinyal dari The Fed. Ketua Jerome Powell akan berbicara pada hari Selasa, sementara notulen rapat bank Juni akan dirilis pada hari Rabu.
Analis Fundamental DailyFX Nick Cawley menuturkan frafik harian menunjukkan DXY terus mencatat titik terendah lebih tinggi dan titik tertinggi lebih tinggi sejak akhir tahun lalu.
"Jika urutan ini berlanjut maka titik tertinggi ganda yang terjadi pada pertengahan April dan awal Mei akan diuji dalam jangka pendek," ujar Analis Fundamental DailyFX Nick Cawley dikutip Senin, 1 Juli 2024.
Perhatian investor kini beralih ke minggu depan, dengan Laporan Ketenagakerjaan bulanan AS pada Jumat, 5 Juli, 2024, akan tetap berpengaruh.
Pasar AS tutup pada Kamis 4 Juli 2024 untuk merayakan 4 Juli, sehingga NFP minggu depan mungkin tidak mendapatkan perhatian seperti biasanya karena para pedagang memperpanjang libur hari kemerdekaan mereka.
Selain itu, mata uang rupiah melanjutkan penguatan terhadap dolar AS juga didorong oleh sentimen Amerika Serikat (AS). Produk domestik bruto (PDB) AS direvisi naik, namun konsumsi masyarakat direvisi turun, menandakan lemahnya aktivitas konsumsi di AS.