Melemah Lagi, Rupiah Ditutup ke Rp15.870/USD

Ilustrasi. Foto: MI/Pius Erlangga.

Melemah Lagi, Rupiah Ditutup ke Rp15.870/USD

Husen Miftahudin • 25 October 2023 16:13

Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan. Padahal mata uang Garuda tersebut menguat cukup signifikan pada perdagangan kemarin.

Mengutip data Bloomberg, Rabu, 25 Oktober 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.870 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 21 poin atau setara 0,13 persen dari posisi Rp15.848 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 21 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 30 poin di level Rp15.870 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.848 per USD," ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.

Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp15.874 per USD. Rupiah melemah sebanyak 30 poin atau setara 0,18 persen dari Rp15.844 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.871 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun tipis dua poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp15.869 per USD.

Baca juga: Rupiah Tertekan Laju Dolar AS yang Strong Gegara Data Manufaktur AS
 

Harap-harap cemas kebijakan suku bunga Fed


Adapun, jelas Ibrahim, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang lainnya, stabil di 106,17. Angka ini rebound dari level terendah satu bulan di 105,35 pada sesi sebelumnya.

S&P Global menyampaikan Indeks Manajer Pembelian Komposit AS, yang melacak sektor manufaktur dan jasa, naik ke level tertinggi sejak Juli. Data tersebut menunjukkan berlanjutnya ketahanan perekonomian AS, yang pada gilirannya memberikan lebih banyak ruang bagi Federal Reserve untuk terus menaikkan suku bunga.

"Pasar sekarang sebagian besar menunggu isyarat ekonomi lebih lanjut dari AS pada minggu ini, terutama data produk domestik bruto (PDB) kuartal ketiga yang akan dirilis pada hari Kamis," terang Ibrahim.

Menurut dia, tanda-tanda ketahanan ekonomi AS akan memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama, dan juga mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe-haven.

Pembacaan PDB akan diikuti oleh data inflasi PCE-ukuran inflasi pilihan The Fed pada Jumat. Inflasi AS yang meningkat dalam beberapa bulan terakhir, memberikan dorongan lebih besar bagi The Fed untuk tetap bersikap hawkish.

Bank sentral akan mengadakan pertemuan minggu depan untuk memutuskan suku bunga, meskipun pasar secara luas memperkirakan The Fed akan tetap mempertahankan kebijakannya.

"Namun, para pejabat Fed telah mengisyaratkan setidaknya satu kali kenaikan suku bunga lagi pada tahun ini, dan suku bunga akan tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, setidaknya hingga akhir 2024," tutup Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)