Ilustrasi. Metro TV.
Media Indonesia • 21 February 2024 22:53
Jakarta: Bimbingan teknis (Bimtek) dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) kepada petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) pada Pemilu 2024 dinilai tidak praktis. Dari semua jenis bimtek yang didapatkan bimtek soal penggunaan Sistem Infromasi Rekapitulasi (Sirekap) menjadi yang paling bermasalah.
Seperti yang diungkapkan Ketua KPPS 063 Kelurahan Jurangmangu Barat, Kota Tangerang Selatan, Banten, Irwansyah. Pengajar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia itu mengaku bimtek yang diberikan KPU melalui panitia pemilihan kelurahan (PPK) sebanyak dua kali kurang sistematis. Bimtek itu terkait pemungutan dan penghitungan suara secara umum maupun penggunaan Sirekap.
"Terus terang bimtek dari PPK itu sulit atau kurang siap, tidak sistematis, dan terlalu banyak beban yang harus dipelajari oleh rakyat kebanyakan yang jadi panitia," kata Irwansyah kepada Media Indonesia, Rabu, 21 Februari 2024.
Irwansyah menjadi petugas KPPS yang bertanggung jawab pada Sirekap. Ia menyebut bimtek yang diperoleh tidak sampai pada tingkatan simulasi penggunaan aplikasi. Bahkan, ia sempat terkendala untuk masuk ke dalam Sirekap saat mendekati hari pemungutan suara, Rabu, 14 Februari 2024.
Keruwetan pada Sirekap makin nampak justru ketika proses penghitungan suara di TPS Irwansyah rampung pukul 22.00 WIB. Menurutnya, formulir C.Hasil plano yang berisi hasil penghitungan suara harus difoto dan dikirim ke Sirekap. Ia mengungkap Sirekap yang digunakan salah mengonversi C.Hasil plano pemilu presiden-wakil presiden.
Seharusnya, pemenang pemilu preisden-wakil presiden di TPS-nya adalah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, disusul Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md. Namun, pembacaan yang dilakukan Sirekap justru menempatkan Ganjar-Mahfud sebagai pemenang.
Baca juga: Duka Cita di Pesta Demokrasi |