Ilustrasi. Foto: Medcom.id/Husen Miftahudin.
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 3 Juli 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.371 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 25 poin atau setara 0,15 persen dari posisi Rp16.396 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis besok akan kembali mengalami penguatan.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.320 per USD hingga Rp16.440 per USD," ujar Ibrahim, dikutip dari analisis hariannya.
Ia pun membeberkan penyebab melemahnya nilai tukar rupiah saat melawan dolar AS hari ini, diantaranya sentimen yang berasal dari eksternal maupun internal.
Fed kemungkinan bakal mulai pangkas suku bunga
Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan komentarnya yang agak dovish, menunjukkan bank sentral AS kemungkinan besar akan memulai siklus pelonggaran pada akhir tahun ini. Komentar pejabat tinggi The Fed melebihi data yang menunjukkan lowongan pekerjaan di AS meningkat pada Mei setelah mencatat penurunan yang sangat besar dalam dua bulan sebelumnya.
Lowongan pekerjaan, yang mengukur permintaan tenaga kerja, naik 221 ribu menjadi 8,140 juta pada hari terakhir Mei, menurut laporan Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja atau JOLTS.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 7,910 juta lowongan pekerjaan di bulan Mei. Data untuk April direvisi lebih rendah untuk menunjukkan 7,919 juta posisi yang tidak terisi dibandingkan dengan yang dilaporkan sebelumnya 8,059 juta.
Menyusul laporan JOLTS dan komentar Powell,
suku bunga berjangka AS memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 69 persen pada September, naik dari sekitar 63% pada Senin, menurut perhitungan LSEG. Pasar juga memperkirakan satu atau dua kali penurunan suku bunga pada tahun ini.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun naik hampir 14 basis poin (bps) menjadi 4,479 persen semalam, dan para analis menghubungkan kenaikan tersebut dengan ekspektasi bahwa Donald Trump akan memenangkan kursi kepresidenan AS, yang pada gilirannya menyebabkan tarif lebih tinggi dan pinjaman pemerintah.
Di Eropa, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde, yang berada di forum kebijakan moneter yang sama dengan Powell mengatakan, zona euro sangat maju dalam jalur disinflasi namun masih ada tanda tanya mengenai prospek pertumbuhan ekonomi.
"Inflasi zona Euro mereda pada bulan lalu namun komponen jasa yang penting masih tetap tinggi, sehingga memicu kekhawatiran tekanan harga dalam negeri akan tetap pada tingkat yang tinggi," tutur Ibrahim.
Utang pemerintah naik
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintah mencapai Rp8.353,02 triliun pada Mei 2024. Jumlah utang itu naik sebesar Rp14,59 triliun dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang senilai Rp8.338,43 triliun.
Dikutip dari Buku APBN Kita Edisi Juni 2024, rasio utang pemerintah tersebut setara 38,71 persen terhadap Produk Domestik bruto (PDB) Indonesia.
"Ini artinya tetap konsisten terjaga di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai UU Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara, serta lebih baik dari yang telah ditetapkan melalui Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah 2024-2027 di kisaran 40 persen," terang Ibrahim.
Sedangkan, rasio utang per akhir Mei 2024, terus menunjukkan tren penurunan dari angka rasio utang terhadap PDB 2021 yang tercatat 40,74 persen, 2022 di 39,70 persen, dan 2023 di 39,21 persen.
Berdasarkan instrumen,
utang pemerintah terdiri dari dua jenis, yakni berupa surat berharga negara (SBN) dan pinjaman. Mayoritas utang pemerintah per Januari 2024 masih didominasi oleh instrumen SBN, yakni 87,96 persen dan sisanya pinjaman 12,04 persen.
Secara rinci, jumlah utang pemerintah dalam bentuk SBN Domestik sebesar Rp7.347,50 triliun. Terdiri dari SBN domestik sebesar Rp5.904,64 triliun yang berasal dari Surat Utang Negara Rp4.705,24 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp1.199,40 triliun.
Kemudian, jumlah utang pemerintah dalam bentuk SBN valuta asing per Mei 2024 sebesar Rp1.442,85 triliun, terdiri dari Surat Utang Negara Rp1.086,55 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Rp356,10 triliun.
Lalu, utang pemerintah dalam bentuk pinjaman Rp1.005,52 triliun per Mei 2024. Jumlah itu terdiri dari pinjaman dalam negeri Rp36,42 triliun dan pinjaman luar negeri Rp969,10 triliun.
Adapun, pinjaman luar negeri Rp969,10 triliun terdiri dari bilateral Rp265,83 triliun, multilateral Rp584,65 triliun, dan commercial banks Rp118,62 triliun.