Ilustrasi. Foto: dok MI/Atet Dwi.
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan awal pekan ini akhirnya mengalami penguatan, setelah berhari-hari takluk di hadapan mata uang Negeri Paman Sam.
Mengutip data Bloomberg, Senin, 3 Maret 2025, rupiah hingga pukul 09.31 WIB berada di level Rp16.523 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 72 poin atau setara 0,43 persen dari Rp16.595 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.517 per USD. Rupiah menguat 57 poin atau setara 0,34 persen dari Rp16.574 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.580 per USD hingga Rp16.670 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Kebijakan Trump hingga PHK
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh mengukur dampak dari banjir pengumuman kebijakan terkait energi yang dibuat oleh pemerintahan Trump bulan ini. Setelah Trump mengatakan tarif yang diusulkannya untuk Kanada dan Meksiko akan mulai berlaku pada 4 Maret sesuai jadwal, dengan alasan obat-obatan masih masuk ke AS dari negara-negara tersebut.
Dalam sebuah posting di platform Truth Social miliknya, Trump menambahkan Tiongkok akan menghadapi biaya tambahan sebesar 10 persen pada hari itu. Pada Rabu, Trump tampaknya mengindikasikan pungutan impor yang ditunda untuk Kanada dan Meksiko dapat ditunda sekitar satu bulan lagi, dengan mengatakan pungutan tersebut akan mulai berlaku pada 2 April.
Namun, seorang pejabat Gedung Putih kemudian mengatakan tenggat waktu Trump sebelumnya pada 4 Maret masih berlaku sampai saat ini. Trump juga menyatakan ia akan segera memberlakukan tarif timbal balik sebesar 25 persen untuk mobil dan barang-barang lain yang berasal dari Uni Eropa.
Seorang juru bicara Komisi Eropa mengatakan UE akan menanggapi dengan tegas dan segera terhadap hambatan yang tidak dapat dibenarkan terhadap perdagangan yang bebas dan adil.
"Yang juga membebani sentimen investor, data menunjukkan klaim pengangguran AS melonjak lebih dari yang diharapkan pada minggu sebelumnya, sementara laporan pemerintah lainnya menegaskan kembali pertumbuhan ekonomi melambat pada kuartal keempat," terang Ibrahim.
Dari dalam negeri, Ibrahim melihat pasar merespons negatif terhadap badai pemutusan hubungan kerja (
PHK) di industri manufaktur masih terus berlanjut imbas banyaknya pabrik yang menutup operasinya, baik karena kebangkrutan maupun hengkangnya investor asing dari Indonesia.
"Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya kelas menengah yang merupakan tulang punggung pertumbuhan ekonomi. Hanya saja, dikhawatirkan jumlah kelas menengah akan terus menyusut apabila tidak ada aksi perkuat sektor industri," sebut dia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat setidaknya 9,4 juta penduduk kelas menengah telah 'turun kasta' ke kelompok aspiring middle class (calon kelas menengah) selama 2019 sampai dengan 2024.
Akibatnya pada 2024, jumlah kelas menengah menjadi 47,85 juta atau setara 17,13 persen dari total penduduk Indonesia. Padahal pada 2019, proporsi kelas menengah mencapai 57,33 juta atau setara 21,45 persen dari total penduduk.
"Pemerintah sadar betul dampak negatif tren penyusutan jumlah kelas menengah tersebut. Bahkan, pergeseran struktur kelas masyarakat itu menjadi pembahasan khusus dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029," tutur Ibrahim.