Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: dok MI/Pius Erlangga.
M Ilham Ramadhan Avisena • 2 March 2025 20:00
Jakarta: Pelemahan nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSF) dalam sepekan terakhir diperkirakan masih berlanjut. Itu dinilai sebagai antisipasi pasar terhadap kebijakan Presiden Amerika Serikar (AS) Donald Trump.
Sedianya pelemahan nilai tukar dan indeks harga saham tak hanya terjadi di Indonesia. Kebijakan Trump yang inward looking mendorong pelemahan nilai tukar dan indeks harga saham di banyak negara emerging.
"Pelemahan tidak hanya terjadi di rupiah dan IHSG, tapi juga terjadi di aset berisiko lainnya di emerging markets," ujar pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi, Minggu, 2 Maret 2025.
"Ini antisipasi pasar terhadap dampak negatif dari kebijakan kenaikan tarif Trump yang akan segera diberlakukan ke beberapa negara seperti Kanada dan Meksiko, juga Tiongkok," sambung dia.
Selain itu, lanjut Ariston, pembicaraan Trump dan Zelensky kemarin yang mengarah kepada terhentinya bantuan AS untuk menghentikan serangan Rusia juga bisa memberikan sentimen negatif pasar.
"Pekan depan rupiah bisa mengarah ke area Rp16.700 per dolar AS, dengan sentimen negatif dari luar yang masih berkembang saat ini. IHSG pun masih mungkin tertekan ke area support penting 6.000," kata dia.
Baca juga: Pasar Keuangan RI Meringis, Modal Asing Kabur Rp10,33 Triliun |