Rupiah Masih Perkasa atas Dolar AS Sore Ini

Ilustrasi. Foto: Dok istimewa

Rupiah Masih Perkasa atas Dolar AS Sore Ini

Eko Nordiansyah • 30 September 2025 16:12

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini sukses mempertahankan penguatannya. Pada perdagangan pagi tadi, mata uang Garuda sudah menguat saat dolar AS tertekan.

Mengutip data Bloomberg, Selasa, 30 September 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.664,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat sebanyak 15,5 poin atau setara 0,09 persen dari posisi Rp16.680 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp16.660 per USD. Rupiah mengalami kenaikan sebanyak 15 poin atau setara 0,09 persen dari Rp16.675 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.692 per USD. Mata uang Garuda justru melemah dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.680 per USD.
 

Baca juga: 

Menkeu Purbaya Pastikan Utang Subsidi dan Kompensasi 2024 Sudah Dibayar



(Ilustrasi. Foto: Dok MI)

Potensi penutupan Pemerintah AS

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi menyebut, dolar AS tertekan di tengah meningkatnya keyakinan bahwa anggota parlemen AS tidak akan mampu mencegah penutupan pemerintah. Kongres memiliki waktu hingga tengah malam, 30 September (04.00 GMT Rabu) untuk mengesahkan RUU anggaran dan menghindari penutupan ratusan lembaga federal. RUU anggaran yang didukung Partai Republik baru-baru ini berhasil lolos di Dewan Perwakilan Rakyat, tetapi sekarang menghadapi perlawanan di Senat.

Partai Republik memegang mayoritas 53 kursi di Senat, tetapi membutuhkan setidaknya 60 suara untuk menyetujui RUU anggaran tersebut. Pembicaraan bipartisan dengan Presiden Donald Trump pada hari Senin tampaknya tidak banyak membantu memecahkan kebuntuan politik, yang berpusat pada ketidaksepakatan mengenai anggaran kesehatan dan program kesejahteraan sosial.

Penutupan pemerintah cenderung mengganggu aktivitas ekonomi di negara ini, yang dapat menimbulkan risiko bagi pertumbuhan. Penutupan pemerintah minggu ini juga dapat menunda rilis data penggajian nonpertanian yang diawasi ketat untuk bulan September, yang dijadwalkan akan dirilis pada hari Jumat.

ADB pangkas proyeksi ekonomi RI

Asian Development Bank alias ADB memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam laporan terbaru, dari 5,0 persen (proyeksi April) menjadi 4,9 persen (proyeksi September) pada 2025. ADB menjelaskan perkembangan ketidakpastian perdagangan global tingginya tarif resiprokal yang diterapkan oleh Amerika Serikat mempengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia dan Pasifik, termasuk Indonesia.

Tak hanya pada tahun ini, ADB juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan diproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,0 persen pada 2026 atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,1 persen.

Sejalan dengan itu, ADB memangkas proyeksi inflasi di Indonesia dari dua persen (proyeksi April) menjadi 1,7 persen (proyeksi September) pada 2025. Sementara pada tahun depan, inflasi Indonesia tetap diramalkan di level dua persen.

Sebagai perbandingan, proyeksi pertumbuhan ekonomi ADB itu tidak seoptimal dari asumsi yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia. Dalam APBN 2025, pemerintah mengasumsikan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2 persen; sementara dalam APBN 2026, asumsi pertumbuhan ekonomi ditetapkan di level 5,4 persen.

Selain itu, Bank Indonesia menggunakan seluruh instrumen yang ada secara bold, baik di pasar domestik melalui instrumen spot, DNDF, dan pembelian SBN di pasar sekunder, maupun di pasar luar negeri di Asia, Eropa, dan Amerika secara terus menerus, melalui intervensi NDF.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)