Rupiah. Foto: Metrotvnews.com/Husen.
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan, menjelang libur panjang Kenaikan Yesus Kristus dan cuti bersama.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 28 Mei 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.285 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 16 poin atau setara 0,10 persen dari posisi Rp16.269 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 16 poin, sebelumnya sempat melemah 35 poin di level Rp16.285 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.269 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp16.285 per USD. Rupiah turun 16 poin atau setara 0,10 persen dari Rp16.269 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.300 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 45 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.255 per USD.
Ketidakpastian perdagangan
Ibrahim mengungkapkan, ketidakpastian atas perdagangan Amerika Serikat (AS) dan kesehatan fiskal, dengan fokus pada lebih banyak kesepakatan perdagangan AS dan kemajuan RUU pemotongan pajak yang memecah belah yang didukung oleh Trump.
"Trump selama akhir pekan mengatakan dia akan menunda rencana untuk mengenakan tarif perdagangan 50 persen pada Uni Eropa (UE) hingga awal Juli," papar Ibrahim.
Juli juga merupakan saat tarif timbal balik Trump terhadap sejumlah ekonomi utama akan mulai berlaku, meskipun perubahan haluannya baru-baru ini pada tarif UE memicu harapan Presiden AS tidak akan memenuhi ancaman tarif lainnya.
Data kepercayaan konsumen AS yang kuat juga meningkatkan risiko dan meredam kekhawatiran atas ekonomi AS. Fokus sekarang adalah pada isyarat lebih lanjut mengenai
ekonomi AS dalam beberapa hari mendatang, dari sejumlah pembicara Federal Reserve, serta risalah rapat terakhir Fed, yang akan dirilis pada Rabu.
Kemudian, Presiden AS Donald Trump mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin 'bermain api', dan Trump sedang mempertimbangkan sanksi baru terhadap Rusia. Hal ini dapat membahayakan aliran energi Rusia dan mengganggu pasokan minyak global.
"Selain itu, AS dan Iran mengakhiri putaran kelima perundingan nuklir mereka pada Selasa, yang hanya mengalami kemajuan terbatas, dan ketidaksepakatan mengenai pengayaan uranium tetap menjadi pokok perdebatan. Jika mereka tidak dapat mencapai kesepakatan, AS dapat menekan ekspor Iran lebih lanjut, sehingga menekan pasokan," tutur Ibrahim.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Indonesia bakal kesulitan capai target pertumbuhan
Di sisi lain, Ibrahim memandang Indonesia akan kesulitan mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,0 persen pada kuartal II-2025 seiring dengan gelontoran stimulus yang lebih menyasar masyarakat kelas bawah. Enam paket stimulus pemerintah di kuartal II-2025 yang mayoritas menyasar masyarakat kelas bawah merupakan respons atas tekanan daya beli dan risiko kemiskinan yang kembali meningkat.
"Fokus ke masyarakat kelas bawah memang penting dalam menjaga stabilitas sosial dan menjamin akses kebutuhan dasar. Namun, masyarakat kelas menengah berkontribusi sebesar lebih dari 50 persen terhadap total konsumsi nasional berdasarkan distribusi pendapatan," terang dia.
Minimnya stimulus untuk masyarakat kelas menengah bukan sekadar kehilangan peluang pertumbuhan, tetapi justru menambah risiko perlambatan ekonomi. Masyarakat kelas menengah adalah tulang punggung konsumsi domestik. Jumlah masyarakat kelas menengah cukup besar, yang akan menjadi penggerak utama berbagai sektor perekonomian.
Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi sesuai target akan sulit dicapai tanpa intervensi kebijakan yang secara spesifik menyasar kelas menengah dengan jumlah dan durasi yang sesuai , misalnya lewat bantuan sosial tunai atau subsidi. Apalagi, ekonomi domestik masih menghadapi tekanan global dan pelemahan ekspor, sehingga ketergantungan pada konsumsi domestik semakin besar.
"Seiring dengan hal tersebut, pemerintah harus menyusun strategi pemulihan ekonomi yang lebih seimbang. Apalagi perlindungan bagi masyarakat bawah memang krusial, tetapi pemerintah juga tidak bisa mengabaikan potensi kelas menengah sebagai motor pertumbuhan," jelas Ibrahim.
Melihat berbagai perkembangan tersebut Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan Senin depan akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan kembali menguat.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.240 per USD hingga Rp16.300 per USD," jelas Ibrahim.