Ilustrasi. Foto: Freepik.
Husen Miftahudin • 9 December 2025 10:24
Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) bergerak melemah pada awal pekan ini seiring meningkatnya kewaspadaan pasar menjelang keputusan kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) yang akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang.
Emas diperdagangkan di sekitar USD4.195 pada sesi Asia Selasa, 9 Desember 2025, turun sekitar 0,27 persen dari sesi sebelumnya setelah sempat menyentuh level tertinggi harian di USD4.219. Pergerakan ini mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar yang menantikan arah kebijakan suku bunga serta sinyal forward guidance dari bank sentral Amerika Serikat.
Menurut analisis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha, struktur harga emas saat ini masih menunjukkan kecenderungan bullish. Kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average menggambarkan momentum naik yang masih bertahan, meskipun tekanan pelemahan jangka pendek terlihat.
"Selama harga tetap bergerak di atas area penyangga teknikal utama, tren bullish masih valid," jelas Andy dalam analisis harian, Selasa, 9 Desember 2025.
Untuk proyeksi pergerakan jangka pendek, Andy menyusun dua skenario utama. "Jika tekanan buy kembali meningkat, harga emas diperkirakan dapat bergerak menuju target resistance di level USD4.218," jelas Andy.
Namun, ia juga mengingatkan pasar dapat bergerak volatil menjelang rilis kebijakan The Fed. "Jika harga gagal melanjutkan penguatan dan mengalami koreksi, target penurunan terdekat berada di zona USD4.180," tambah Andy.
(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
Keputusan Fed jadi fokus utama pasar
Dari sisi fundamental, fokus utama pasar saat ini adalah keputusan The Fed pada pertemuan Desember. Probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin meningkat signifikan menjadi 90 persen, dibandingkan 66 persen bulan sebelumnya berdasarkan data CME FedWatch.
Namun, pasar belum sepenuhnya yakin apakah pemangkasan ini akan diikuti dengan kebijakan
dovish atau justru disertai retorika
hawkish yang membatasi ruang penurunan suku bunga di masa depan. Nada kebijakan terutama melalui dot plot dan konferensi pers, diperkirakan menjadi pemicu volatilitas harga emas dalam jangka pendek.
Selain The Fed, pasar juga menantikan rilis data ketenagakerjaan AS, termasuk ADP Employment Change dan JOLTS Job Openings. Jika data melemah, ekspektasi pelonggaran moneter lebih lanjut dapat meningkat dan memperkuat harga emas. Kondisi geopolitik turut memberi dukungan tambahan, dengan meningkatnya ketegangan diplomatik antara AS dan Ukraina kembali memicu permintaan terhadap aset
safe-haven.
Meski demikian, beberapa faktor penekan harga perlu diperhatikan. Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun naik menjadi 4,168 persen, sementara imbal hasil riil meningkat ke 1,908 persen, keduanya merupakan hambatan bagi logam mulia karena meningkatkan
opportunity cost. Di sisi lain, indeks dolar AS (DXY) juga menguat tipis ke 99,09, berpotensi menahan kenaikan emas dalam jangka pendek.
"Secara keseluruhan, emas diperkirakan tetap berada dalam pola konsolidasi hingga pasar mendapatkan kejelasan dari The Fed. Struktur teknikal masih
bullish, namun sensitivitas harga terhadap pernyataan bank sentral membuat pergerakan harga tetap rentan terhadap volatilitas tajam dalam beberapa hari mendatang," ungkap Andy.