Amerika Serikat. Foto: Unsplash.
New York: Anggota komite penetapan suku bunga Federal Reserve AS mengatakan pada bulan lalu target lapangan kerja dan inflasi bank tersebut bergerak ke arah keseimbangan yang lebih baik terhadap penurunan suku bunga.
Setelah bertahun-tahun berfokus terutama pada inflasi, para pejabat The Fed kini semakin mengalihkan perhatiannya ke pasar tenaga kerja, yang telah menunjukkan tanda-tanda pelemahan dalam beberapa bulan terakhir meski secara keseluruhan tetap kuat. Pejabat Fed mengatakan pada pertemuan 11 Juni dan 12 Juni sedang bergerak menuju keseimbangan yang lebih baik antara keduanya.
"Beberapa peserta menekankan perlunya kesabaran dalam membiarkan kebijakan Komite yang restriktif untuk mengendalikan permintaan agregat dan semakin memoderasi tekanan inflasi," risalah The Fed, dilansir
Channel News Asia, Kamis, 4 Juli 2024.
Namun, beberapa pelaku pasar juga tetap mempertahankan prospek kenaikan suku bunga jika inflasi meningkat, sehingga menunjukkan bahwa bank sentral AS tidak terburu-buru untuk memulai proses pemotongan suku bunga pinjaman utamanya.
"Kami telah mencapai sedikit kemajuan dalam menurunkan inflasi kembali ke target kami, sementara pasar tenaga kerja tetap kuat dan pertumbuhan terus berlanjut," kata Ketua Fed Jerome Powell.
Kemungkinan pemotongan suku bunga
Pada keputusan suku bunga bulan lalu, The Fed memperkirakan hanya satu kali penurunan suku bunga untuk tahun ini, dan memperkirakan inflasi tidak akan mencapai dua persen hingga 2026.
Namun, menurut data CME Group para pedagang berjangka saat ini percaya bahwa ada kemungkinan lebih dari 70 persen bahwa bank sentral AS akan mulai memotong suku bunga pada pertengahan September, dan melihat kemungkinan besar bank sentral AS akan melakukan pemotongan suku bunga kedua pada akhir tahun ini.
Suku bunga tinggi telah membawa inflasi kembali ke tingkat tahunan di bawah tiga persen, sementara pertumbuhan tetap positif dan tingkat pengangguran tetap mendekati rekor terendah.
The Fed sudah mempertahankan suku bunga pada level tertinggi dalam dua dekade selama hampir satu tahun karena berupaya menurunkan inflasi ke target jangka panjang sebesar dua persen tanpa menimbulkan banyak dampak buruk terhadap pasar tenaga kerja atau perekonomian secara lebih luas.t