Bitcoin Meroket hingga Nyaris Tembus Rp2 Miliar, Ini Penyebab Utamanya

Vice President Indodax Antony Kusuma. Foto: dok Indodax.

Bitcoin Meroket hingga Nyaris Tembus Rp2 Miliar, Ini Penyebab Utamanya

Husen Miftahudin • 19 September 2025 21:52

Jakarta: Harga bitcoin kembali menunjukkan ketahanannya dengan menembus level USD117 ribu, sekitar Rp1,94 miliar (kurs Rp16.662/USD), setelah Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Pergerakan positif ini diperkuat oleh arus dana institusional lewat ETF, yang terus memberikan dukungan positif pada bitcoin.

Pada 19 September 2025 pagi, bitcoin diperdagangkan pada level USD117.182. Tantangan terdekat adalah mengubah level USD117 ribu menjadi support baru yang kuat. Jika berhasil, pasar menilai potensi bitcoin untuk menembus USD120 ribu semakin terbuka lebar.

"Lonjakan ini memperlihatkan pergeseran kekuatan pasar. Investasi kripto, terutama bitcoin, saat ini tidak hanya bergantung pada sentimen ritel, tetapi sudah masuk ke dalam kerangka investasi institusi global. Arus masuk ETF menjadi bukti nyata aset digital semakin diterima sebagai instrumen keuangan utama," kata Vice President Indodax Antony Kusuma dalam keterangan tertulis, Jumat, 19 September 2025.

Menurut Antony, investor ritel masih menunjukkan sikap hati-hati. Data on-chain mengindikasikan penurunan pada New Address Momentum, yang berarti lebih sedikit alamat baru masuk ke pasar.

"Kehati-hatian ritel ini wajar, karena volatilitas bitcoin memang tinggi. Namun, di sisi lain, aksi dari institusi justru menjadi fondasi utama reli kali ini," jelas dia.

"Level psikologis USD120 ribu akan menjadi tonggak penting. Jika berhasil dilewati, bukan hanya kepercayaan investor yang semakin tinggi, tetapi juga potensi masuknya likuiditas baru dari institusi akan semakin besar," papar Antony menambahkan.
 
Baca juga: Kripto Melejit Jelang Keputusan Fed, Investor Kudu Waspada 'Jebakan Batman' Jangka Pendek

Pemangkasan suku bunga bikin likuiditas aset digital mengalir deras


Meski demikian, Indodax menilai arah jangka panjang bitcoin tetap positif, khususnya di tengah perubahan kebijakan moneter global. "Kita harus melihat gambaran besar. Penurunan suku bunga menandakan likuiditas kembali mengalir. Dalam sejarah, situasi ini selalu menjadi katalis bagi pertumbuhan aset digital," kata Antony.

Arus masuk ke ETF Bitcoin sepanjang pekan ini mencatat tren positif, meskipun sempat melambat saat keputusan FOMC belum diumumkan. Data ini memperkuat pandangan investor besar tidak terpengaruh gejolak jangka pendek.

Antony menggarisbawahi perbedaan sikap antara investor ritel dan institusi. "Institusi berinvestasi dengan visi jangka panjang. Sementara ritel masih sering terjebak dalam pola fear and greed. Perbedaan perilaku ini yang membuat tren harga saat ini lebih stabil," urai dia.

Ia menekankan fenomena ini juga menjadi pelajaran penting bagi investor kripto di Indonesia. "Bagi para pengguna Indodax, pergerakan ini memberi sinyal strategi akumulasi jangka panjang, seperti DCA (Dollar-Cost Averaging), lebih relevan daripada sekadar mengejar keuntungan harian.

"Jika tren arus masuk institusional terus berlanjut, pasar berpotensi melihat kapitalisasi bitcoin mendekati level tertinggi baru. Hal ini juga akan berdampak pada altcoin, meskipun secara historis altcoin cenderung bergerak lebih volatil," terang dia.

"Bitcoin kini semakin hadir sebagai alternatif hedge di tengah ketidakpastian makroekonomi. Pola ini memperkuat narasi bitcoin bukan sekadar aset spekulatif, melainkan bagian dari diversifikasi portofolio global," tambah Antony.


(Ilustrasi pergerakan harga aset kripto. Foto: dok KBI)
 

Kebijakan moneter jadi faktor utama penentu arah bitcoin


Menurut Antony, kebijakan moneter global akan tetap menjadi faktor utama penentu arah bitcoin dalam beberapa bulan ke depan. "Pasar akan terus memantau langkah The Fed berikutnya. Jika siklus pemangkasan suku bunga berlanjut, maka ruang pertumbuhan bitcoin semakin terbuka," ungkap dia.

Ia juga menekankan pentingnya literasi finansial dalam menyikapi kondisi ini. Investor Indonesia harus memahami volatilitas adalah bagian dari perjalanan bitcoin. Dengan pemahaman yang benar, risiko bisa dikelola dan peluang bisa dimaksimalkan.

"Kita sedang menyaksikan fase baru bitcoin, di mana adopsi institusional memberikan fondasi lebih kokoh. Selama fundamentalnya terus terjaga, saya percaya bitcoin akan tetap menjadi instrumen investasi yang relevan, bukan hanya hari ini, tetapi juga di masa depan."

"Dengan momentum ini, Indodax berharap para investor Indonesia semakin bijak dalam mengambil keputusan, memanfaatkan tren positif yang terjadi, tanpa melupakan prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi," kata Antony mengingatkan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)