Rupiah Keok Hadapi Dolar AS

Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi

Rupiah Keok Hadapi Dolar AS

Annisa Ayu Artanti • 4 November 2024 09:34

Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terpantau melemah mengawali perdagangan awal pekan.

Mengacu data Bloomberg, Senin, 4 November 2024, pagi ini rupiah melemah 26,5 poin atau 0,17 persen menjadi Rp15.758 per USD.

Sementara berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah melemah 40 poin atau 0,25 persen menjadi Rp15.754 per USD dibandingkan dengan penutupan perdagangan akhir pekan.

Rupiah pada hari ini diprediksi akan bergerak di level Rp15.709 hingga Rp15.759 per USD.
 
Baca juga: 

Rupiah Ditutup Melemah 0,22% ke Level Rp15.732/USD

Risiko geopolitik bakal pengaruhi penguatan dolar AS


Melansir Investing.com, BCA Research menyarankan para investor untuk mengambil posisi long taktis pada dolar AS, menyoroti risiko geopolitik yang terus berlanjut yang menempatkan greenback sebagai lindung nilai yang solid.
 
Dalam sebuah laporan baru-baru ini, perusahaan riset investasi ini memperkirakan pergeseran hawkish dalam perdagangan dan kebijakan luar negeri AS terlepas dari hasil pemilu, mencatat sistem politik global sedang tidak stabil.
 
Menurut Kepala Strategi Geopolitik BCA Matt Gertken, kebijakan luar negeri AS akan semakin ketat, dengan penegasan kembali ancaman yang kredibel terhadap para pesaingnya.


Ilustrasi. Foto: MI/Ramdani

Pergeseran yang diantisipasi ini, dikombinasikan dengan meningkatnya ketegangan global, memperkuat daya tarik dolar sebagai aset pertahanan.


Laporan ini juga menunjuk ke Timur Tengah sebagai titik kunci, terutama permusuhan yang sedang berlangsung antara Israel dan Iran. Meskipun respons pasar baru-baru ini menunjukkan stabilitas, BCA memperingatkan agar tidak memberikan rasa aman yang semu.

“Permusuhan langsung antara Israel dan Iran adalah sebuah eskalasi, bukan de-eskalasi. Sebelum tahun ini, kedua negara ini tidak terlibat dalam peperangan langsung dan Israel tidak mengupayakan perubahan rezim di Iran," kata Gertken.
 

Waspada risiko geopolitik di Asia dan Eropa   


Dengan Iran yang cenderung mengejar kemampuan nuklir di tengah-tengah ketidakamanan yang meningkat, BCA menyarankan ketegangan hanya akan terus meningkat di wilayah tersebut, menimbulkan risiko terhadap pasokan minyak global dan berpotensi memicu guncangan minyak baru.

Perusahaan ini memperkirakan 40 persen kemungkinan terjadinya gangguan parah jika permusuhan meningkat, yang berpotensi menghilangkan jutaan barel dari pasar global, sehingga memperkuat volatilitas dan meningkatkan status safe haven dolar.

Selain di Timur Tengah, BCA juga melihat adanya peningkatan risiko geopolitik di Asia dan Eropa. Di Asia, Korea Utara bersekutu dengan Rusia dan kemungkinan konflik dengan Korea Selatan menciptakan ketidakstabilan tambahan. Sementara di Eropa, risiko kebuntuan AS-Rusia yang berlarut-larut atas Ukraina membayangi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)