Melemah Lagi, Rupiah Pekan Ini Ditutup di Level Rp16.450/USD

Ilustrasi. Foto: dok MI/Pius Erlangga.

Melemah Lagi, Rupiah Pekan Ini Ditutup di Level Rp16.450/USD

Husen Miftahudin • 21 June 2024 19:26

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan, meski pelemahannya lebih baik ketimbang perdagangan pagi.
 
Mengutip data Bloomberg, Jumat, 21 Juni 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.450 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 20 poin atau setara 0,12 persen dari posisi Rp16.430 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
"Pada penutupan akhir pekan ini, mata uang rupiah ditutup melemah 20 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 30 poin di level Rp16.450 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.430 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
 
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp16.445 per USD. Rupiah turun 30 poin atau setara 0,18 persen dari Rp16.415 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.458 per USD. Mata uang Garuda tersebut juga melemah sebanyak 38 poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp16.420 per USD.
 

Baca juga: Soal Pelemahan Rupiah, Airlangga Pede Fundamental Ekonomi RI Kuat
 

Ketidakpastian arah kebijakan fiskal

 
Ibrahim mengungkapkan, pasar terus memantau ketidakpastian arah kebijakan fiskal yang meningkatkan risiko fiskal dan menjadi faktor utama yang memengaruhi pelemahan mata uang rupiah.
 
"Hal itu dilihat dari kondisi proyeksi defisit anggaran yang besar di kisaran 2,8 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka tersebut mendekati batas atas level tiga persen dari PDB," tutur Ibrahim.
 
Terlebih belakangan ini bermunculan kabar mengenai sikap presiden terpilih Prabowo Subianto yang terlihat permisif dengan utang. Bahkan Prabowo diisukan hendak menaikkan rasio utang pemerintah ke kisaran 50 persen dari PDB, meski kemudian kabar itu sudah dibantah tim Prabowo-Gibran.
 
Oleh karena itu, menurut dia, pemerintah mendatang di bawah Prabowo-Gibran harus secepatnya menyampaikan komitmennya terhadap disiplin fiskal agar naiknya risiko fiskal dapat ditekan dan tidak menciptakan sentimen negatif terhadap rupiah.
 
Pemerintah dan Bank Indonesia selayaknya menjaga stabilitas rupiah berbasis kekuatan fundamental perekonomian Indonesia. Hal itu yakni surplus neraca perdagangan, bukan intervensi valuta asing (valas) dengan cadangan devisa yang terbatas atau menaikkan suku bunga domestik.
 
"Sebenarnya rupiah tidak perlu mengalami pelemahan yang panjang jika pasokan dolar dari surplus neraca perdagangan mengalir ke pasar. Pelemahan rupiah, merupakan anomali karena hingga Mei 2024 Indonesia masih mencatatkan surplus neraca perdagangan yang cukup baik," jelas Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)