Suasana Timur Tengah semakin memanas dengan aksi serangan Iran ke Israel sebagai balasan tindakan Israel yang membunuh petinggi Hamas, petinggi Hizbullah dan pejabat tinggi Iran. Serangan ini juga balasan atas genosida Israel terhadap bangsa Palestina.
Iran meluncurkan sedikitnya 181 rudal ke arah Israel, Selasa 1 Oktober 2024. Ini adalah serangan Iran kedua tahun ini setelah pada April lalu menembakkan sekitar 110 rudal dan pesawat nirawak ke Israel.
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menyebut, ini adalah kali pertama mereka menggunakan rudal hipersonik sehingga memiliki daya hancur yang lebih efektif. Iran bersikukuh bahwa apa yang mereka serang adalah Pusat Militer dan Keamanan Israel, bukan dengan sengaja menargetkan warga sipil.
Militer
Iran menyatakan, serangan kemarin merupakan respons atas aksi Israel yang membunuh seorang komandan Garda Revolusi Iran dan para pemimpin milisi yang didukung oleh Iran.
Iran merujuk kepada pembunuhan pimpinan Hizbullah, Hassan Nasrallah, lalu Komandan Garda Revolusi Iran Abbas Nilforooshan di Beirut pada akhir pekan lalu, serta pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyah di Teheran pada Juli 2024.
Iran kemudian memamerkan kemampuan
teknologi militer mereka. Rudal Iran sudah memasuki generasi hipersonik di mana bisa menjangkau target jauh dengan kecepatan tinggi. Defense Intelligence Agency mendata, Iran memiliki sederetan rudal jarak jauh. Rudal buatan dalam negeri mereka, dinamai Fatah 2 dan 3, memiliki kecepatan 16.000 km/jam.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji bahwa Iran akan membayar atas serangan rudal yang diluncurkan terhadap Israel. Ia menyebut bahwa rezim di Iran tidak memahami tekad mereka untuk membela diri dan tekad Israel untuk membalas musuh-musuh mereka.
"Iran melakukan kesalahan besar malam ini dan mereka akan membayar harganya," kata Netanyahu
Sementara Iran memperingatkan bahwa setiap pembalasan nanti akan dibalas kembali dengan kehancuran besar. Ini meningkatkan ketakutan akan perang yang lebih luas.
"Biarkan Netanyahu tahu bahwa Iran bukanlah negara yang suka berperang, tetapi kami akan berdiri teguh melawan ancaman apapun. Ini hanya sebagian kecil dari kekuatan kami. Jangan coba-coba memulai konflik dengan Iran," kata Pezeshkian dalam pernyataan yang diunggah di X.