26 November 2024 13:22
Target pendanaan mitigasi krisis iklim dari negara-negara kaya untuk negara-negara berkembang dan miskin yang disepakati dalam COP29 rupanya masih jauh dari memuaskan. Dari target USD1 triliun per tahun hingga 2035 hanya tercapai komitmen USD300 miliar.
Hasil COP29 itu pun jelas mengecewakan karena menguntungkan negara-negara kaya. Tetapi, tidak bagi negara-negara penerima yang membutuhkannya untuk menanggulangi dampak perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon secara drastis.
Sebetulnya, dana USD300 miliar per tahun sudah lebih besar daripada target yang ditetapkan 15 tahun sebelumnya, yaitu USD100 miliar per tahun. Namun, bagi negara-negara berkembang dan miskin, USD300 miliar per tahun hanya seperti menerima belas kasihan dari negara-negara kaya.
Selain itu, tidak ada pula jaminan dana itu akan mengalir melalui hibah. Sebab jika bukan hibah, akan ada lebih banyak pinjaman yang akan menjadi utang.
Pasalnya, dana iklim sangat dibutuhkan negara-negara miskin dan berkembang untuk membiayai transisi ke energi bersih di antaranya untuk membangun infrastruktur pembangkit listrik energi bersih. Untuk Indonesia, kebutuhan dana untuk transisi energi hingga 2060 diperkirakan sebesar Rp16.000 triliun.
Baca juga: Delegasi Arab Saudi Dituduh Sunting Teks Negosiasi Resmi COP29 |