Amad, Saksi Sejarah Perobekan Bendera di Hotel Yamato

Peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya pada 1945 menjadi salah satu tonggak sejarah kemerdekaan Indonesia. Sosok Amad yang kini berusia 103 tahun menjadi satu-satunya pelaku sejarah yang masih duduk di era kemerdekaan. 

Wajah Amad seakan menyimpan peta sejarah panjang. Di usianya yang telah menembus 103 tahun, Amad masih terlihat bugar, ingatannya pun tajam. Ia adalah salah satu saksi hidup perjuangan kemerdekaan.

Di rumah anaknya di Sidoarjo, Amad mengenang kembali peristiwa heroik yang mengubah nasib bangsa, yakni perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya pada 19 September 1945. Ia yang memasang tangga supaya kawan-kawan bisa naik dan merobek warna biru bendera Belanda. 

"Saya enggak ikut merobek, tapi saya menyiapkan ondo (tangga). Sampai sekarang saya buat lambang di rumah saya ada lambang pada merobek," katanya, dikutip dari tayangan Newsline, Metro TV, Rabu, 20 Agustus 2025. 

Perannya mungkin terlihat sederhana. Tetapi, itu merupakan bagian vital dari momen bersejarah yang membangkitkan semangat seluruh rakyat. 
 

Baca juga: Proses Penyebaran Berita Proklamasi 17 Agustus 1945 dan Alat Komunikasinya

Jejak pengabdiannya tak berhenti di sana. Ia rela meninggalkan istri yang baru dinikahinya untuk menumpas Pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) dan Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta).

Pejuang itu kini diselimuti pilu. Bukan karena usianya uzur, melainkan karena melihat korupsi menggerogoti bangsa yang ia perjuangkan dengan darah dan air mata. 

Kini, Amad hanya hidup dengan uang pensiun Rp2,4 juta. Amad pun geram melihat kasus korupsi yang tidak ada habisnya. 

Di usia senja tanpa teman seperjuangan yang tersisa, Amad menyimpan harapan besar. Ia ingin pemimpin baru berani bertindak tegas menghukum koruptor. Baginya, itulah cara terbaik untuk menjaga amanah kemerdekaan yang telah ia dan para pahlawan lain perjuangkan.