Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve kembali menurunkan suku bunga meski dua indikator utama laju inflasi indeks harga konsumen dan indeks harga produsen menguat. Benarkah laju inflasi di AS telah terkendali sehingga pelonggaran bisa berlanjut memasuki 2025?
Sesuai ekspektasi banyak pengamat, Bank Sentral AS atau Federal Reserve menurunkan kembali suku bunga acuan dalam pertemuan terakhirnya untuk tahun 2024.
“Pada pertemuan hari ini kami putuskan turunkan bunga acuan sebesar 0,25 persen ke 4,25 hingga 4,5 persen. Kami arahkan kebijakan ke netral guna perkuat ekonomi dan pasar tenaga kerja sambil capai kemajuan terkait inflasi,” kata Kepala Federal Reserve Jerome Powell.
ini adalah penurunan ketiga setelah penurunan 50 basis poin pada September dan 25 basis poin pada November. Ke depan, Bank Sentral memproyeksikan hanya dua kali penurunan
suku bunga sepanjang tahun 2025.
Pada pertemuan September, the Fed memperkirakan akan ada empat kali penurunan. “Kami turunkan suku bunga 100 basis poin. Kami sangat dekat ke kebijakan netral. Kami melihat kebijakan cukup restriktif. Dan saya kira ke depannya tepat untuk bertindak secara hati-hati dan menanti kemajuan dalam inflasi,” ucap Jerome.
Beragam indikator laju inflasi menunjukkan setelah turun teratur sepanjang tahun, inflasi kembali meningkat signifikan menjelang akhir tahun. Investor pun memahami perubahan proyeksi oleh the Fed.
“Tahun lalu, the Fed perkirakan akan ada enam hingga tujuh pemotongan suku bunga selama 2024. Ternyata hanya ada pemotongan tiga kali. Saya kira bisa nol kali tahun 2025. Belum tentu the Fed turunkan suku bunga, inflasi akan naik meski tak ke kisaran 9 persen. Tapi inflasi akan menguat, tak seperti yang diinginkan oleh the Fed. Itu situasi yang tak bisa dihadapi dengan penurunan. The Fed terjepit. Tak mungkin menaikkan. Ada anggota Komite Pasar Bebas Federal yang tolak keputusan turunkan suku bunga,” kata Lansberg Bennert Private Wealth Management Michael Landsberg.
Pada saat yang sama penciptaan lapangan kerja mengalami perlambatan signifikan akibat suku bunga tinggi. Menguatkan desakan bagi the Fed untuk terus melakukan pelonggaran.
“Saya kira
inflasi tak separah yang dikhawatirkan banyak orang. Memang angka rata-ratanya naik. Tapi bila ditelaah unsur-unsur di dalam, data secara umum, harga hunian adalah bagian besar Indeks Harga Konsumen. Dan data ini tak direvisi seketika. Di pasar paling diminati dengan harga sewa rata-ratanya, harganya melemah,” ucap perwakilan The Wealth Consulting Group Jimmy Lee.
Pertemuan the Fed selanjutnya yang merupakan pertemuan pertama untuk 2025 bakal berlangsung pada akhir Januari dan berbagai faktor akan dipertimbangkan the Fed saat itu. Termasuk di antaranya penciptaan
lapangan kerja dari data yang terbit dari Depnaker pada 10 Januari 2025 dan juga data seputar inflasi yang juga terbit pada pertengahan Januari.