Gervin Nathaniel Purba • 18 October 2025 17:14
Jakarta: Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda, momen penting yang menjadi tonggak lahirnya semangat persatuan nasional. Peristiwa ini bermula dari Kongres Pemuda II yang diselenggarakan pada tahun 1928 di Batavia (kini Jakarta).
Kongres tersebut berhasil melahirkan tiga ikrar monumental tentang satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda.
Namun di balik rumusan sederhana itu, terdapat peran sejumlah tokoh muda yang menjadi motor penggerak pertemuan bersejarah tersebut. Para pemuda dari berbagai daerah dan latar belakang organisasi bersatu dengan tujuan yang sama yaitu membangun dasar bagi persatuan bangsa Indonesia.
Kepanitiaan Kongres Pemuda II
Kongres Pemuda II berlangsung selama dua hari, yakni 27–28 Oktober 1928, dan dipimpin oleh Soegondo Djojopoespito dari Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (
PPPI).
Susunan panitia ini memperlihatkan keberagaman daerah dan organisasi yang ada di Hindia Belanda pada masa itu. Berikut susunan inti panitia Kongres Pemuda II:
- Ketua: Soegondo Djojopoespito (PPPI)
- Wakil Ketua: R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
- Sekretaris: Mohammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
- Bendahara: Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
- Pembantu I: Johan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
- Pembantu II: R. Katjasoengkana (Pemuda Indonesia)
- Pembantu III: R.C.I. Senduk (Jong Celebes)
- Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
- Pembantu V: Mohammad Rochjani Su’ud (Pemuda Kaum Betawi)
Struktur kepanitiaan tersebut tentunya sangat menunjukkan semangat persatuan antarpemuda dari berbagai daerah, agama, dan latar sosial, yang kelak menjadi cerminan nilai-nilai
Sumpah Pemuda itu sendiri.
Perumus dan Pembicara Penting
Peran Mohammad Yamin sebagai sekretaris kongres sangat besar. Ia diyakini sebagai perumus utama naskah
Sumpah Pemuda, yang ditulis dalam bentuk keputusan kongres dan dibacakan pada akhir sidang tanggal 28 Oktober 1928.
Selain Yamin, sejumlah tokoh juga berperan penting dalam memberikan gagasan dan arah pembahasan kongres, di antaranya:
- Soenario Sastrowardoyo, tokoh hukum dan pergerakan yang bertindak sebagai penasihat kongres serta memberikan pandangan hukum dan politik tentang persatuan bangsa.
- Ki Sarmidi Mangunsarkoro, tokoh pendidikan yang menekankan pentingnya pendidikan nasional untuk membentuk kesadaran kebangsaan di kalangan generasi muda.
Kedua tokoh ini turut memperkuat isi dan semangat pembahasan selama
kongres berlangsung.
Peran W.R. Supratman dan Simbol Musik Persatuan
Salah satu momen penting dalam
Kongres Pemuda II adalah diperkenalkannya lagu “Indonesia Raya” oleh Wage Rudolf Supratman (W.R. Supratman).
Lagu tersebut pertama kali diperdengarkan dalam bentuk instrumental biola, karena situasi politik pada masa itu tidak memungkinkan untuk dinyanyikan secara terbuka. Meski demikian, melodi lagu tersebut mampu membangkitkan semangat para peserta kongres dan kelak ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Republik Indonesia.
Dalam kesempatan terpisah, Theodora Athia Salim atau Dolly Salim, putri Haji Agus Salim, dipercaya sebagai penyanyi pertama yang melantunkan lagu “Indonesia Raya”. Peran ini menjadikan musik sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah kebangkitan nasional.
Gagasan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan
Salah satu hasil penting dari
Kongres Pemuda II adalah penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Gagasan ini pertama kali dikemukakan oleh Mohammad Tabrani, yang sebelumnya telah mengusulkan penggunaan istilah “bahasa Indonesia” untuk menggantikan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional.
Usulan tersebut diterima dengan baik dan menjadi dasar dari butir ketiga Sumpah Pemuda, yang menegaskan pentingnya bahasa Indonesia sebagai simbol kesetaraan dan alat pemersatu bangsa.
Warisan Semangat Persatuan
Para tokoh Kongres Pemuda II bukan hanya pelaku sejarah, tetapi juga perumus jati diri bangsa. Melalui forum tersebut, mereka berhasil menanamkan nilai-nilai persatuan yang melampaui perbedaan suku, agama, dan asal daerah.
Sumpah Pemuda menjadi fondasi moral bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia dan terus relevan hingga kini, terutama dalam menjaga harmoni dan kebersamaan di tengah keberagaman masyarakat modern.
Sobat MTVN Lens, momentum peringatan Sumpah Pemuda setiap tahun bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga mengingatkan pentingnya menjaga semangat persatuan, sebagaimana telah dicontohkan oleh para pemuda Indonesia pada tahun 1928.
Jangan lupa saksikan
MTVN Lens lainnya hanya di Metrotvnews.com.