Indonesia Membara, Ada Sutradara?

Senin, 25 Agustus 2025, menjadi awal mula gerakan massa di depan Gedung DPR RI. Massa melakukan unjuk rasa dan menolak kenaikan tunjangan anggota DPR. Seruan unjuk rasa semula diusung oleh kelompok Revolusi Rakyat Indonesia. 

Menjelang sore hari, kerumunan massa mulai membeludak. Campur baur dari berbagai kalangan, mulai dari orang dewasa, mahasiswa, hingga pelajar. Kerumunan massa tak kunjung bisa diurai sampai akhirnya pecah kerusuhan di malam hari. 

Unjuk rasa kembali terjadi pada Kamis, 28 Agustus 2025. Sejak pagi, aparat sudah bersiaga di kompleks DPR RI. Kali ini, jumlahnya lebih banyak. Kendaraan taktis Brimob disiagakan, mulai dari jenis water cannon hingga barracuda dan truk pemadam kebakaran. 

Kali ini giliran organisasi buruh yang menyampaikan aspirasi. Namun, pada pukul 13.00 WIB, massa buruh sudah membubarkan diri. Menjelang sore, massa berbeda mulai berdatangan memadati depan Gedung DPR RI dan akhirnya ricuh. 
 

Baca juga: Ini 5 Demonstrasi Terbesar dan Mengguncang dalam Sejarah Dunia

Situasi terus tereskalasi hingga malam hari. Petasan hingga bom mototov dari sisi massa aksi dan tembakan gas air mata dari sisi aparat berasu di udara.

Namun nahas, pembubaran aksi unjuk rasa menlan korban nyawa. Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek daring terjatuh saat berlari menghindari kejaran barracuda yang melaju cepat. 

Kematian Affan Kurniawan mendapat simpati dari seluruh pelosok negeri. Ribuan pengemudi ojek daring mengiringi kepergian Affan ke tempat peristirahatan terakhirnya. 

Seruan aksi unjuk rasa pada 25 Agustus memang begitu membahana. Rencana aksi mulai bersliweran di media sosial sejak 14 Agustus. Namun, agenda aksi bergeser pasca-kematian Affan Kurniawan. 

Hilangnya nyawa Affan menjadi pemantik aksi unjuk rasa meluas. Demonstrasi pun terjadi serentak disertai aksi vandalisme dan penjarahan.