Rupiah Berani 'Gebuk' Dolar AS di Awal Desember

Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: dok MI.

Rupiah Berani 'Gebuk' Dolar AS di Awal Desember

Husen Miftahudin • 1 December 2025 09:42

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami penguatan.

Mengutip data Bloomberg, Senin, 1 Desember 2025, rupiah hingga pukul 09.32 WIB berada di level Rp16.665 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 10 poin atau setara 0,06 persen dari Rp16.675 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.656 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.

"Untuk perdagangan Senin ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.670 per USD hingga Rp16.710 per USD," jelas Ibrahim.
 

Baca juga: Dolar AS Ambruk di Awal Desember
 

Pasar yakin Fed longgarkan moneter


Ibrahim mengungkapkan, pergerakan kurs rupiah hari ini akan dipengaruhi oleh sentimen sejumlah data ekonomi AS yang sempat tertunda. ejauh yang dirilis sampai saat ini, menunjukkan gambaran yang beragam akan kesehatan ekonomi AS.

Nonfarm Payroll (NFP) September tercatat lebih kuat dari perkiraan, Indeks Harga Produsen (PPI) inti lebih lemah, dan Pesanan Barang Tahan Lama yang optimis, sejalan dengan Penjualan Ritel yang lebih lemah dan peningkatan Tingkat Pengangguran. 

"Meskipun sinyal ekonomi beragam, para pedagang tetap yakin The Fed akan melonggarkan kebijakan moneternya pada pertemuannya Desember, dengan pasar memperkirakan probabilitas sekitar 85 persen untuk pengurangan suku bunga sebesar 25 basis poin," terang Ibrahim.

Selain itu, dorongan perdamaian Ukraina yang dipimpin AS menjadi fokus Washington telah bekerja sama dengan Kyiv untuk merevisi kerangka kerja yang bertujuan mengakhiri konflik yang telah berlangsung hampir empat tahun melalui negosiasi.

Proposal tersebut, yang dibahas di Jenewa dalam beberapa hari terakhir, dirancang untuk menetapkan jalur bagi jaminan keamanan bertahap dan pengaturan teritorial yang diharapkan para pejabat Barat pada akhirnya dapat menjadi dasar bagi perundingan yang lebih luas dengan Moskow. 


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Penempatan dana di Himbara tambah 0,2% pertumbuhan ekonomi


Di sisi lain, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa optimistis kebijakan pemindahan dana pemerintah dari Bank Indonesia (BI) ke Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekitar 0,2 persen pada kuartal IV-2025.

Dengan begitu, optimistis pertumbuhan ekonomi sepanjang Oktober, November, dan Desember tahun ini akan mampu mencapai dikisaran 5,6 persen sampai 5,7 persen, yang juga akan didorong paket stimulus pemerintah. 

"Sejumlah paket itu adalah pemberian diskon tarif tiket transportasi selama periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2026/26, termasuk penambahan bantuan langsung tunai (BLT)," urai Ibrahim.

Pada awal September lalu, Purbaya menyalurkan anggaran negara yang disimpan di BI kepada lima bank milik negara senilai total Rp200 triliun.

Perinciannya, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI) masing-masing memperoleh likuiditas sebesar Rp55 triliun. Kemudian, Bank Tabungan Negara (BTN) Rp25 triliun, dan Bank Syariah Indonesia (BSI) Rp10 triliun.

Teranyar, Kemenkeu kembali menambahkan likuiditas senilai total Rp7 triliun. Pemberian dilakukan Bank Mandiri, Bank BNI, dan BRI masing-masing Rp25 triliun. Kemudian, Bank DKI mendapat Rp1 triliun. Jadi total, guyuran sudah mencapai Rp276 triliun.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Husen Miftahudin)