Amerika Serikat. Foto: Unsplash.
New York: Ekspektasi pasar obligasi terpukul setelah data pabrik baru mendorong peluang penurunan suku bunga The Fed pada Juni di bawah 50 persen.
Melansir Business Insider, Selasa, 2 April 2024, Indeks manufaktur ISM menunjukkan ekspansi untuk pertama kalinya sejak 2022. Peningkatan tajam dalam produksi dan pesanan baru mendorong kenaikan kembali indeks tersebut sekaligus mengakhiri kontraksi selama 16 bulan.
Hal ini merupakan tanda lain dari kekuatan ekonomi AS yang tidak terpengaruh dengan suku bunga tinggi sehingga menimbulkan keraguan apakah bank sentral harus segera mengubah kebijakannya.
Setelah laporan ISM dirilis imbal hasil Treasury jangka panjang mengalami salah satu kenaikan harian terbesar tahun ini, dengan tingkat suku bunga 10 dan 30 tahun naik sekitar 13 basis poin. Imbal hasil (yield) telah meningkat karena para pedagang obligasi kecewa terhadap ekspektasi penurunan suku bunga sehingga memicu aksi jual di pasar.
Sementara itu, kontrak swap menunjukkan kebijakan moneter akan turun kurang dari 65 basis poin tahun ini, menurut swap indeks semalam dan SOFR berjangka, yang dikutip oleh Bloomberg. Angka tersebut di bawah proyeksi The Fed.
Data pasar berjangka yang dilacak oleh CME Fedwatch Tool juga menunjukkan investor kehilangan kepercayaan dengan kurang dari 57 persen memperkirakan The Fed akan melakukan pemotongan suku bunga pada Juni. Dua minggu sebelumnya, 60 persen investor memperkirakan pemotongan suku bunga The Fed pada bulan yang sama.
Keyakinan The Fed terhadap penurunan suku bunga
The Fed tetap yakin bahwa penurunan suku bunga dapat dicapai, dengan laporan pengeluaran konsumsi pribadi pada Jumat sesuai dengan ekspektasi. Secara tahunan, metrik inflasi mencatat kenaikan 2,5 persen.
Sementara itu, Gubernur The Fed Jerome Powell menyebutkan pijakan perekonomian yang kuat tidak memberi banyak alasan kuat bagi bank sentral untuk melakukan pemangkasan suku bunga secara cepat.
"Itu berarti kita tidak perlu terburu-buru untuk melakukan pemotongan.Perekonomian saat ini kuat, dan pasar tenaga kerja juga kuat saat ini. Dan inflasi telah menurun. Kami bisa dan kami akan berhati-hati dengan keputusan ini karena kami bisa melakukannya," jelas dia dilansir CNBC International, Selasa, 2 April 2024.