Rupiah. Foto: dok MI.
Husen Miftahudin • 19 November 2025 16:02
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan setelah berhari-hari terus merosot. Penguatan ini ditopang oleh langkah Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga acuan di level 4,75 persen.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 19 November 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.707,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 43,5 poin atau setara 0,26 persen dari posisi Rp16.751 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 43,5 poin, sebelumnya sempat menguat 45 poin di level Rp16.707,5 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.751 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
Di perdagangan hari ini, rentang pergerakan rupiah berada pada level Rp16.699,5 per USD hingga Rp16.761 per USD. Sementara return year to date (ytd) return tercatat 3,57 persen.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp16.690 per USD. Rupiah menguat sebanyak 45 poin atau setara 0,27 persen dari Rp16.735 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.732 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 28 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.760 per USD.
Pasar cermati kekuatan pasar tenaga kerja dan tekanan upah
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen laporan penggajian non-pertanian AS September, yang ditunda karena penutupan pemerintah bulan lalu, dijadwalkan rilis pada Kamis.
"Pelaku pasar mencermati sinyal kekuatan pasar tenaga kerja dan tekanan upah. Data yang lebih lemah dari perkiraan dapat meningkatkan harapan penurunan suku bunga Federal Reserve," jelas Ibrahim.
Sementara para pejabat Federal Reserve baru-baru ini mengisyaratkan kehati-hatian terhadap penurunan suku bunga lebih lanjut. Inflasi tetap tinggi, dan pertumbuhan ekonomi tetap tangguh, sehingga pasar hanya memperkirakan peluang moderat untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember.
Menambah ketidakpastian pasar, Presiden AS Donald Trump mengatakan ia telah memutuskan pilihan yang disukainya untuk ketua Federal Reserve berikutnya dan mungkin akan segera mengumumkannya.
"Meskipun masa jabatan ketua saat ini, Jerome Powell, akan berakhir Mei 2026, spekulasi tentang calon baru telah meresahkan investor yang khawatir tentang independensi bank sentral," papar dia.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
BI tahan lagi suku bunga
Di sisi lain, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan
BI-Rate pada 4,75 persen. Selain itu, BI juga menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,50 persen.
Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi 2025 dan 2026 yang tetap terjaga rendah dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen, upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, serta sinergi untuk turut memperkuat pertumbuhan ekonomi.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati efektivitas transmisi kebijakan moneter longgar yang telah ditempuh, prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi, serta stabilitas nilai tukar Rupiah dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga BI-Rate.
Sepanjang 2025, BI telah memangkas suku bunga sebanyak lima kali, masing-masing 25 bps pada Januari, Mei, Juli, Agustus, dan September. Total pemangkasan mencapai 125 bps, dari 6,00 persen di akhir 2024 menjadi 4,75 persen saat ini.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan melemah.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.700 per USD hingga Rp16.750 per USD," tutup Ibrahim.