Dolar AS. Foto: dok MI.
New York: Dolar Amerika Serikat (AS) merosot pada perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat WIB), karena data inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan untuk periode Mei.
Hal tersebut menunjukkan Federal Reserve dapat melanjutkan pemotongan suku bunga lebih cepat daripada yang diharapkan. Sementara mata uang safe haven yen dan franc Swiss diuntungkan oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Di sisi lain, euro melonjak ke level tertinggi dalam hampir empat tahun terhadap dolar. Dolar AS juga jatuh ke level terendah dalam dua bulan terhadap franc Swiss dan level terendah dalam sekitar satu minggu terhadap yen.
Mengutip Xinhua, Jumat, 13 Juni 2025, indeks dolar, yang mengukur nilai tukar greenback terhadap enam mata uang utama dunia, turun sebanyak 0,72 persen menjadi 97,919.
Pada akhir perdagangan New York, euro menguat menjadi USD1,1578 dari USD1,1486 pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris menguat menjadi USD1,3596 dari USD1,3547 pada sesi sebelumnya.
Dolar AS dibeli 143,52 yen Jepang, lebih rendah dari 144,51 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,8115 franc Swiss dari 0,8205 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3603 dolar Kanada dari 1,3663 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 9,4464 Kronor Swedia dari 9,5636 Kronor Swedia.
(Dolar AS. Foto: Freepik)
Inflasi AS mereda
Data menunjukkan Indeks Harga Produsen (PPI) AS meningkat lebih rendah dari yang diharapkan pada periode Mei, tertahan oleh biaya yang lebih rendah untuk layanan seperti tiket pesawat. Data juga mengindikasikan inflasi yang menurun, dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang lebih rendah dari yang diharapkan.
Kontrak berjangka yang melacak suku bunga kebijakan Fed menunjukkan meningkatnya taruhan bank sentral AS akan memangkas
suku bunga dua kali berturut-turut mulai September. Sebelum data tersebut, taruhannya adalah pemangkasan suku bunga pada September diikuti pemangkasan pada Desember.
Menyusul pembacaan harga produsen dan konsumen yang lebih rendah dari yang diantisipasi bulan lalu, perkiraan direvisi untuk indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) inti, ukuran inflasi lainnya, menjadi 0,169 persen dari perkiraan pra-PPI sebesar 0,349 persen. Hal itu mendorong inflasi inti PCE tahunan tiga bulan lebih rendah menjadi 1,52 persen, terendah sejak November 2020.
Para investor juga berbondong-bondong masuk ke aset-aset
safe haven, dengan risiko geopolitik menjadi fokus setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan sejumlah personel AS dipindahkan dari Timur Tengah karena tempat itu bisa berbahaya dan Washington tidak akan mengizinkan Iran mengembangkan senjata nuklir.
Kombinasi meningkatnya ketegangan Timur Tengah dan kekhawatiran atas rapuhnya kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok menarik investor ke aset-aset safe haven. Para analis mencatat dolar berfungsi sebagai barometer utama sentimen pembicaraan perdagangan, sementara ketidakstabilan geopolitik mendorong investor untuk membeli franc Swiss dan yen.