Ini Proyeksi Harga Emas Dunia Besok, Melejit Atau Malah Melempem?

Emas batangan. Foto: Investopedia.

Ini Proyeksi Harga Emas Dunia Besok, Melejit Atau Malah Melempem?

Husen Miftahudin • 7 September 2025 14:00

Jakarta: Harga emas dunia semakin mentereng di tengah sejumlah sentimen global yang menyelimuti pergerakan logam mulia tersebut. Pada perdagangan Sabtu pagi waktu Chicago, harga emas dunia ditutup di level USD3.587 per ons.

Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi memperkirakan harga emas dunia kemungkinan besar akan kembali menguat di level USD3.613 pada perdagangan besok. Bahkan ia pede logam kuning tersebut akan menguat hingga ke level USD3.700-an per ons.

"Level USD3.700 kemungkinan besar akan tercapai dalam tahun ini berdasarkan teknikal di pagi ini. Harga emas dunia sampai akhir tahun berdasarkan monthly (bulanan) itu di USD3.700. Jadi ada kemungkinan besar dalam transaksi di Senin ini akan menuju di USD3.613," ungkap Ibrahim dalam analisisnya, Minggu, 7 September 2025.

Jika harga emas menyentuh level USD3.613, lanjut dia, maka kemungkinan emas akan terus melejit hingga menyentuh level USD3.670 di Oktober. Berdasarkan pengamatan Ibrahim secara mingguan (weekly) dan bulanan (monthly), harga emas sampai akhir tahun berada di posisi USD3.700-an.

"Naun jika seandainya harga emas koreksi, ada kemungkinan besar dia kembali ke level USD3.570, kemudian harga terendah kalau seandainya koreksi di USD3.550," papar dia.
 

Baca juga: Harga Emas Melonjak Tajam, Capai Level Tertinggi Baru Sepanjang Masa
 

Data ekonomi AS hingga tarif Trump


Ibrahim menjabarkan penyebab terus menterengnya harga emas dunia hingga akhir tahun ini. Salah satunya adalah rilis data tenaga kerja di Amerika Serikat (AS) yang tidak sesuai dengan ekspektasi, kemudian rilis data pengangguran yang juga mengalami penurunan di 4,3 persen.

Kondisi ini, jelas dia, mengindikasikan ada kemungkinan besar bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga pada pertemuan 16-17 Oktober 2025. Sehingga, banyak investor besar mengambil posisi beli sampai di level USD3.613 pada perdagangan besok.

Situasi perpolitikan di AS juga mempengaruhi pergerakan emas dunia, seperti banding Anggota Dewan Gubernur Fed Lisa Cook atas pemecatan sepihak Presiden AS Donald Trump hingga banding Trump ke Pengadilan Federal AS atas kebijakan tarif impor.

Soal tarif impor AS, Ibrahim juga menyoroti kebijakan Trump terhadap impor India yang terancam kena 'getok' sebesar 100 persen. Hal ini imbas pernyataan India yang akan menggunakan mata uang regional terhadap perdagangan internasional pada negara-negara anggota BRICS.

"Sehingga ada kemungkinan besar Trump akan mengenakan tarif 100 persen terhadap negara-negara anggota BRICS yang menggunakan mata uang regionalnya," papar dia.


(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
 

Kondisi geopolitik kian memanas


Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan agar negara-negara Barat tidak perlu turut campur atas konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Jika menentang, Putin akan menganam perang tersebut akan semakin berkobar.

"Putin sudah mengancam kemungkinan besar akan melakukan penyerangan besar-besaran di Ukraina, baik menggunakan drone, misil, dan lain-lain. Ini yang akan membuat tensi geopolitik di Eropa terus memanas," papar Ibrahim.

Meningkatnya tensi geopolitik juga terjadi di Timur Tengah dimana visa 60 pejabat Palestina tidak diterbitkan menjelang Sidang PBB. Di satu sisi, hampir separuh wilayah Jalur Gaza sudah dikuasai oleh pasukan Israel yang terus dikecam Mesir hingga Qatar.

"Artinya tensi geopolitik di Timur Tengah dan Eropa ini masih terus menghangat, dan ini yang akan membuat harga emas dunia terus mengalami kenaikan," urai dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)