Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: MI/Ramdani.
M Ilham Ramadhan Avisena • 18 June 2025 11:10
Jakarta: Lembaga Penyelidik Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menilai Bank Indonesia (BI) perlu untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50 persen. Itu dirasa tepat untuk menjaga stabilitas di tengah tekanan eksternal dan masih lemahnya pemulihan domestik.
Ekonom Makroekonomi dan Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, selain mempertahankan BI Rate di level 5,50 persen, bank sentral juga dinilai perlu untuk terus memperhatikan transmisi dan efektivitas dari pemotongan suku bunga acuan sebelumnya. Itu paralel dengan menjaga fokus dalam mengantisipasi dampak tekanan eksternal terhadap rupiah.
"Walaupun rupiah sudah menguat di beberapa minggu terakhir, masih ada risiko meningkatnya ketidakpastian di jangka pendek seiring dengan pengumuman Trump untuk melanjutkan negosiasi perdagangan dan munculnya tensi geopolitik baru di Timur Tengah," ujar Riefky dikutip Rabu, 18 Juni 2025.
Mempertahankan BI Rate di level 5,50 persen juga dinilai relevan lantaran pemangkasan bunga acuan sebelumnya belum memberikan dampak signifikan pada pertumbuhan kredit. Di saat yang sama, tingkat inflasi umum masih menunjukkan penurunan dari 1,95 persen di April 2025 menjadi 1,60 persen di Mei 2025.
LPEM menilai penurunan inflasi itu disebabkan oleh sejumlah faktor seperti normalisasi harga pangan seperti daging ayam, cabai, dan bawang. Selain itu fenomena lipstick effect masih bertahan dan menandai daya beli yang lemah, namun konsumsi dalam skala kecil masih terjadi.
Baca juga: Apa Itu BI Rate? Ini Dampaknya Jika BI Rate Turun |