Pagi Ini Rupiah Menguat ke Level Rp15.838/USD

Ilustrasi. Foto: dok MI.

Pagi Ini Rupiah Menguat ke Level Rp15.838/USD

Husen Miftahudin • 20 November 2024 09:38

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini tak mengalami perubahan banyak, namun cenderung menguat.

Mengutip data Bloomberg, Rabu, 20 November 2024, rupiah hingga pukul 09.10 WIB berada di level Rp15.838 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat tipis enam poin atau setara 0,04 persen dari Rp15.844 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan dolar terjadi karena pembacaan inflasi yang kuat dari minggu lalu, ditambah dengan sinyal yang kurang dovish dari Federal Reserve, hanya sedikit menghalangi taruhan Fed akan memangkas suku bunga pada Desember.

Para pedagang memperkirakan peluang 55,7 persen untuk pemangkasan 25 basis poin pada Desember, dan peluang 44,3 persen untuk suku bunga tetap tidak berubah, menurut CME Fedwatch.

Fokus minggu ini adalah pada data inflasi konsumen untuk Oktober, yang akan dirilis Jumat, untuk isyarat lebih lanjut tentang ekonomi Jepang. Pembacaan tersebut muncul setelah data produk domestik bruto yang mengecewakan dari minggu lalu, yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi Jepang melambat secara substansial pada kuartal ketiga.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)

Sementara Bank Rakyat Tiongkok akan memutuskan suku bunga acuan pinjaman utamanya akhir minggu ini, dengan para ekonom memperkirakan suku bunga tersebut tidak akan berubah setelah pemangkasan pada Oktober.

Keputusan suku bunga tersebut juga muncul karena langkah-langkah stimulus terbaru dari Tiongkok sebagian besar tidak memuaskan, sementara ekonomi menunjukkan sedikit tanda-tanda perbaikan.

"Data inflasi untuk Oktober menunjukkan disinflasi masih berlaku. Beberapa menteri utama Tiongkok akan berpidato di sebuah konferensi di Hong Kong pada Selasa, yang berpotensi memberikan lebih banyak petunjuk tentang rencana langkah-langkah stimulus," jelas ungkap Ibrahim.
 

Baca juga: BI Diminta Tahan Suku Bunga Acuan Demi Menolong Rupiah
 

Pemerintah kudu hati-hati kerek PPN 12%


Para ekonom mengingatkan agar pemerintah berhati-hati membuat regulasi terkait kenaikan pajak sebesar 12 persen lantaran kondisi ekonomi global saat ini sedang tidak baik-baik saja, sehingga akan berpengaruh terhadap  menurunkan daya beli masyarakat.

Memang pemerintah menerapkan tarif pajak sebesar 12 persen sesuai dengan amanat undang-undang yang sudah disetujui oleh DPR RI dan disahkan oleh pemerintah. Namun salah satu permasalahan dalam perpajakan adalah masih rendahnya tax ratio Indonesia dibandingkan negara G20 serta beberapa negara di ASEAN.

"Untuk tahap awal, implementasi PPN 12 persen diusulkan diterapkan terhadap sektor-sektor tertentu yang tidak berpengaruh secara langsung terhadap daya beli masyarakat luas," jelas Ibrahim.

Pemilihan produk elektronik, fesyen, dan otomotif merupakan langkah yang cukup bijak karena produk-produk ini bukanlah produk primer yang berkaitan dengan kebutuhan pokok masyarakat luas. Ketiga jenis produk ini masuk ke kategori kebutuhan sekunder, bahkan sebagian masuk ke dalam luxury goods atau barang mewah.

"Sehingga pemerintah menyasar terhadap masyarakat kelas menengah atas. Namun, mengingat konsumen adalah kelas menengah atas, adaptasi dan penyesuaian pola konsumsi akan terjadi sehingga dalam jangka menengah panjang pola konsumsi akan kembali normal," papar Ibrahim.

Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan mengalami penguatan kembali.

"Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.780 per USD hingga Rp15.850 per USD," tutup Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)