Emas batangan. Foto: Bareksa.com
Husen Miftahudin • 6 October 2025 10:34
Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) kembali menunjukkan ketahanannya di tengah gejolak politik dan ketidakpastian makroekonomi Amerika Serikat (AS). Momentum ini berlanjut ke awal pekan, yakni emas sempat menarik pembeli baru di kisaran USD3.905 pada sesi Asia Senin pagi, 6 Oktober 2025.
Pada perdagangan Jumat lalu, 3 Oktober 2025, XAU/USD menguat di atas USD3.850 dan ditutup di sekitar USD3.875 selama sesi Amerika, naik hampir 0,50 persen. Logam mulia ini berhasil pulih dari level terendah harian di dekat USD3.838, didukung oleh pelemahan dolar AS setelah rebound moderat pada Kamis, 2 Oktober 2025.
Menurut analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha, indikator teknikal masih mengonfirmasi tren bullish yang kuat. Candlestick dan moving average menunjukkan tekanan beli dominan. Selama tren ini berlanjut, emas berpotensi naik hingga USD3.950 dalam jangka pendek.
"Namun, perlu juga kewaspadaan terhadap potensi koreksi. Jika harga gagal mempertahankan momentum dan terkoreksi, area USD3.876 bisa menjadi support terdekat," kata Andy dikutip dari analisis hariannya, Senin, 6 Oktober 2025.
Dari sisi fundamental, emas mendapat dukungan signifikan dari ketidakpastian politik di Washington. Shutdown Pemerintah AS berlanjut setelah proposal belanja gagal disahkan Senat sebanyak empat kali, memperpanjang kebuntuan fiskal hingga minggu ini.
Kondisi tersebut menunda rilis data penting, termasuk laporan Nonfarm Payrolls (NFP) untuk periode September, sehingga menciptakan 'vakum informasi' yang meningkatkan daya tarik aset safe haven seperti emas.
Pasar yakin Fed pangkas lagi suku bunga
Selain itu, ekspektasi Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga dalam pertemuan Oktober semakin menguat. Data dari LSEG menunjukkan pasar memperkirakan hampir pasti adanya pemangkasan 25 basis poin, dengan total penurunan sekitar 47 basis poin hingga akhir tahun.
Diketahui,
suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang dalam memegang emas, yang tidak memberikan imbal hasil dan membuat logam mulia ini semakin menarik bagi investor global.
Meski demikian, reli panjang emas selama delapan minggu berturut-turut membuka peluang aksi ambil untung (
profit taking) dalam jangka pendek. Namun, prospek jangka menengah dan panjang tetap bullish, terutama karena permintaan
safe haven meningkat di tengah ketidakpastian politik AS, pelemahan dolar, serta tren penurunan suku bunga yang semakin nyata.
(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
Ekonomi AS melambat
Dari sisi data ekonomi, pasar kini mengalihkan perhatian ke Indeks Manajer Pembelian (PMI) Jasa ISM AS setelah laporan ketenagakerjaan ditunda. Hasil terbaru menunjukkan indeks turun ke 50,0 pada September, lebih rendah dari ekspektasi 51,7 dan melemah dari 52,0 pada bulan sebelumnya.
"Angka ini mempertegas tanda-tanda perlambatan ekonomi AS, yang bisa memperkuat dorongan bagi The Fed untuk segera menurunkan suku bunga," tutur Andy.
Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) juga tetap berada di bawah tekanan. Setelah
rebound singkat pekan lalu, DXY terakhir terlihat di kisaran 97,81, masih lebih rendah dari puncaknya dan memberi ruang bagi emas untuk melanjutkan penguatan.
Secara keseluruhan,
outlook emas tetap condong ke arah positif. Dengan tren teknikal yang masih
bullish, ketidakpastian fiskal akibat
shutdown, serta ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, emas memiliki peluang besar untuk menembus level USD3.950 dalam waktu dekat.
"Namun, investor tetap perlu waspada terhadap potensi koreksi intraday ke area USD3.876 sebelum melanjutkan reli," ucap Andy.