Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: dok MI.
Husen Miftahudin • 23 September 2025 09:35
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami penguatan tipis. Mata uang Garuda tersebut berhasil menguat di tengah pelemahan dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 23 September 2025, rupiah hingga pukul 09.24 WIB berada di level Rp16.605,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat tipis lima poin atau setara 0,03 persen dari Rp16.610,5 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.603 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.600 per USD hingga Rp16.650 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
Kondisi geopolitik dunia masih gonjang-ganjing
Ibrahim mengungkapkan penyebab pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar hari ini lantaran para pelaku pasar keuangan tengah mencerna kondisi geopolitik dunia, terutama di Eropa dan Timur Tengah yang semakin memanas. Dari Eropa, Rusia terus menyerang wilayah Ukraina secara sporadis.
"Situasi di Timur Tengah juga tak kalah panasnya, apalagi dengan memasuki sidang umum PBB, dimana banyak negara yang mengakui Palestina sebagai negara," ungkap Ibrahim.
Tidak hanya itu, lanjut Ibrahim, sentimen eksternal dari kebijakan
suku bunga The Fed selanjutnya juga mempengaruhi pelemahan rupiah. Saat ini, para ekonom melihat adanya kemungkinan sebesar 80 persen bank sentral AS tersebut memangkas lagi suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) setelah pemangkasan pada bulan ini sebesar angka itu.
Hal itu didukung pula oleh pernyataan Gubernur The Fed Minneapolis Neel Kashkari yang menyatakan saat yang tepat untuk memangkas suku bunga, padahal sebelumnya ia sangat kuat untuk mempertahankan suku bunga.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Tindakan Purbaya disorot investor
Sedangkan sentimen dari dalam negeri, Ibrahim memangang permasalahan perpolitikan di Indonesia masih terus memanas. Terlebih pasca-Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa memberikan pernyataan berbau politis.
Ibrahim menilai, jabatan Menkeu atau bendahara negara tujuan utamanya adalah bekerja untuk memberikan solusi dari berbagai masalah keuangan di Indonesia.
"Namun, Purbaya malah memberikan solusi secara politik. Dengan demikian, sangat disayangkan oleh pasar, sehingga ikut menekan rupiah," tutur Ibrahim.