Ilustrasi. Foto: dok MI.
Husen Miftahudin • 26 September 2023 09:50
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 26 September 2023, rupiah dibuka di level Rp15.433 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 31 dua poin atau setara 0,20 persen dari Rp15.402 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp15.429 per USD, turun 35 poin atau setara 0,22 persen dari Rp15.394 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah pada perdagangan di sepanjang hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Namun demikian, mata uang Garuda tersebut akan ditutup kembali melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.390 per USD hingga Rp15.450 per USD," ungkap Ibrahim dikutip dari analisis harian.
Baca juga: Rupiah Parkir di Rp15.403/USD
Pasar gelisah kenaikan utang pemerintah
Ibrahim mengungkapkan, pasar terus memantau perkembangan utang Pemerintah Indonesia yang terus meningkat dan membuat pasar gelisah, dimana posisi utang pemerintah hingga 31 Agustus 2023 mencapai Rp7.870,35 triliun.
"Jumlah itu naik Rp633,74 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy) dan naik Rp14,82 triliun dibandingkan bulan sebelumnya (mtm)," ujar dia.
Adapun tingkatan utang itu membuat rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) per Agustus 2023 menjadi 37,84 persen atau naik dari bulan sebelumnya yang di level 37,78 persen, namun turun dibandingkan akhir tahun lalu 39,70 persen.
Rasio
utang tersebut menurun dibandingkan akhir 2022 dan berada di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Rasio ini juga masih sesuai dengan yang ditetapkan melalui Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah 2023-2026 di kisaran 40 persen.
Diketahui, utang pemerintah terdiri atas dua jenis yakni berbentuk surat berharga negara (SBN) dan pinjaman. Mayoritas utang pemerintah didominasi oleh instrumen SBN yakni 88,88 persen dan sisanya pinjaman 11,12 persen.
Secara rinci, jumlah utang pemerintah dalam bentuk SBN sebesar Rp6.995,18 triliun. Terdiri dari SBN dalam bentuk domestik sebesar Rp5.663,94 triliun yang berasal dari Surat Utang Negara Rp4.576,43 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp1.087,51 triliun.
Sedangkan jumlah utang pemerintah dalam bentuk SBN valuta asing hingga Agustus 2023 sebesar Rp1.331,24 triliun, terdiri dari Surat Utang Negara Rp1.027,65 triliun dan SBSN Rp303,59 triliun.
Lalu jumlah utang pemerintah dalam bentuk pinjaman sebesar Rp875,17 triliun. Jumlah itu terdiri dari pinjaman dalam negeri sebesar Rp25,11 triliun dan pinjaman luar negeri sebesar Rp850,05 triliun.