Simulasi penerapan program makan siang gratis. MI/Susanto
Media Indonesia • 4 March 2024 14:47
Jakarta: Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menilai program makan siang gratis rawan menjadi program yang akan dikorupsi. Lebih dari itu, JPPI melihat bahwa program tersebut bukanlah program prioritas di bidang pendidikan.
"Pemerintah juga perlu memikirkan ulang, apakah harus dilaksanakan secepat ini? Pemerintah jangan hanya mengejar populisme, karena terikat dengan janji-janji kampanye, tetapi harus memikirkan dampaknya dan juga mana yang seharusnya menjadi skala prioritas yang mendesak harus diatasi dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan kita," kata Koordinator Nasional JPPI Ubaid Martaji, Senin, 4 Maret 2024.
Karena itu, JPPI memberikan beberapa catatan terkait program makan siang gratis. Pertama, kata Ubaid, tujuan program ini masih belum jelas. Beragam kabar yang masih simpang-siur yang diterima masyarakat. Ada yang bilang untuk pencegahan stunting, pemenuhan gizi, tambahan makan siang, dan lain sebagainya.
Jika untuk pencegahan stunting, menurut Ubaid, jelas program ini tidak ada manfaatnya. Jika untuk program pencegahan stunting, maka peruntukannya adalah untuk ibu hamil dan anak hingga usia 2 tahun.
"Jika untuk pemenuhan gizi, apa artinya makan siang, jika anak-anak itu berangkat sekolah dengan perut kosong tidak sarapan, lalu malamnya makan mie atau seblak? Maka makan siang untuk pemenuhan gizi ini tidak ada artinya," tegas dia.
Kedua, program tersebut berpotensi membuat biaya pendidikan tambah mahal. Jika dipaksa untuk diimplementasikan, jelas akan jadi beban anggaran dan menambah utang negara. Akibatnya, tarif biaya pendidikan kian mahal dan tak terjangkau.
"Banyak masyarakat menjerit soal biaya pendidikan dan belum terlaksananya program wajib belajar 12 tahun secara bebas biaya. Di sekolah negeri saja masih banyak pungli, apalagi di sekolah swasta maka biaya sekolah kian tak terjangkau," ungkapnya,
Baca juga:
Federasi Guru Tolak Makan Siang Gratis Pakai Dana BOS |