Dolar AS Jadi 'Bulan-bulanan' Mata Uang Utama Dunia

Dolar AS dan Euro. Foto: Xinhua/Zheng Huansong.

Dolar AS Jadi 'Bulan-bulanan' Mata Uang Utama Dunia

Husen Miftahudin • 24 September 2025 08:29

New York: Dolar Amerika Serikat (AS) makin melemah pada perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB) setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell bersikap hati-hati terhadap pelonggaran lebih lanjut.
 
Mengutip Xinhua, Rabu, 24 September 2025, indeks dolar, yang mengukur nilai tukar greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,08 persen menjadi 97,264.
 
Pada akhir perdagangan New York, euro menguat menjadi USD1,1811 dari USD1,1797 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris meningkat menjadi USD1,3517 dari USD1,3517 pada sesi sebelumnya.
 
Sementara dolar AS dibeli 147,59 yen Jepang, lebih rendah dari 147,73 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS melemah menjadi 0,7916 franc Swiss dari 0,7925 franc Swiss.
 
Mata uang Negeri Paman Sam itu justru naik menjadi 1,3850 dolar Kanada dari 1,3821 dolar Kanada. Sedangkan dolar AS melemah menjadi 9,3328 kronor Swedia dari 9,3552 kronor Swedia.
 

Baca juga: Powell Ogah Gegabah Pangkas Suku Bunga


(Dolar AS. Foto: Freepik)
 

Suku bunga Fed diprediksi dipangkas lagi

 
Para pedagang memperkirakan dua kali pemotongan suku bunga AS tahun ini, bahkan setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell bersikap hati-hati terhadap pelonggaran lebih lanjut. Pasar berspekulasi untuk pemotongan suku bunga seperempat poin pada masing-masing dari dua pertemuan kebijakan Fed yang tersisa tahun ini.
 
Penurunan suku bunga lainnya diperkirakan terjadi pada kuartal pertama 2026, yang secara umum sejalan dengan perkiraan dari pejabat Fed setelah pemotongan seperempat poin pada Rabu minggu lalu.
 
Adapun Powell ogah gegabah untuk memangkas kembali suku bunga Fed guna menyeimbangkan dukungan terhadap lapangan kerja secara maksimum dan membawa inflasi secara berkelanjutan ke target dua persen.
 
Menurut dia, risiko jangka pendek terhadap inflasi cenderung positif, sementara risiko terhadap ketenagakerjaan cenderung negatif, ujar Powell.
 
"Risiko dua sisi berarti tidak ada jalan bebas risiko. Jika kita melonggarkan kebijakan terlalu agresif, kita bisa membiarkan inflasi belum selesai. Namun jika kita mempertahankan kebijakan restriktif terlalu lama, pasar tenaga kerja bisa melemah," jelas dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)